Seberapa Besar Perilaku Konsumtif Gen Z Bisa Mendorong Pertumbuhan Ekonomi?

19 Januari 2025 11:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Nongkrong Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Nongkrong Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Generasi Z atau Gen Z dinilai menjadi unsur yang memiliki pengaruh kepada pertumbuhan ekonomi di Indonesia berdasarkan pola belanja keseharian yang cukup konsumtif.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Survei Gen Z Characteristic and Behaviors oleh Jakpat pada Desember 2024, sekitar 65 persen Gen Z mengeluarkan uang paling banyak untuk kebutuhan sehari-hari makan, dan internet.
Dua kebutuhan itu menjadi pengeluaran terbesar. Disusul kebutuhan transportasi di posisi ketiga, menabung, belanja, hiburan serta tagihan listrik dan air.
Untuk konsumsi sehari-hari termasuk makan dan minum, hampir dari setengah Gen Z mengkonsumsi minuman manis 1 sampai 3 kali dalam sehari. Ada tiga jenis minuman manis yang paling banyak diantaranya adalah teh, kopi dan minuman manis modern lainnya.
Survei daring ini dilakukan kepada 1.155 Gen Z yang tersebar di berbagai daerah. Survei dilakukan pada 6-9 Desember 2024 dengan margin of error di bawah 5 persen. Tujuan survei ini untuk memahami gaya hidup dan kebiasaan Gen Z.
ADVERTISEMENT
Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet melihat kebiasaan ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor terkait bahkan bisa membuka lapangan kerja.
“Ketika mereka menghabiskan uang di kafe premium, pusat perbelanjaan modern, atau destinasi wisata, mereka secara tidak langsung mendorong pertumbuhan sektor ritel, F&B, dan pariwisata,” jelas Rendy kepada kumparan, Rabu (15/1).
Di sisi lain, perilaku ini juga menjadi kekhawatiran baru terhadap keberlanjutan ekonomi jangka panjang. Kecenderungan Gen Z untuk lebih memprioritaskan pengeluaran gaya hidup seperti membeli kopi di kafe dibandingkan menabung atau berinvestasi dapat membuat mereka rentan secara finansial di masa depan.
Ilustrasi gen z. Foto: THICHA SATAPITANON/Shutterstock
“Masalah ini menjadi lebih serius jika konsumsi mereka didukung oleh utang atau pendapatan orang tua, bukan dari penghasilan produktif mereka sendiri, yang berpotensi menciptakan gelembung ekonomi yang tidak sehat,” tutur Rendy.
ADVERTISEMENT
Masih berdasarkan riset yang sama, 30 persen Gen Z menyisihkan Rp 10 ribu-Rp 25 ribu untuk membeli segelas kopi setiap harinya. Sementara itu, 48 persen Gen Z dalam survei ini mengeluarkan uang yang lebih sedikit lagi untuk segelas kopi per hari yaitu pada Rp 10 ribu.
Perlu Literasi Investasi
Agar pola konsumtif Gen Z tetap pada lajur untuk membangun ekonomi yang berkelanjutan, Yusuf melihat agar Gen Z memiliki literasi investasi. Melihat perilaku konsumtif Gen Z, Yusuf juga menyadari pentingnya program literasi keuangan.
“Pemerintah dan pelaku usaha perlu menciptakan ekosistem yang mendorong Gen Z untuk tidak hanya aktif sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan investor,” jelas Yusuf.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira melihat dampak perilaku konsumtif Gen Z terhadap pertumbuhan ekonomi nasional cukup berpengaruh dari sisi jumlahnya yang sekitar 27 persen dari total populasi.
Ilustrasi Investasi. Foto: Shutterstock
Bhima melihat perubahan pola konsumsi Gen Z akan melahirkan banyak konsep dengan inovasi baru. “Gen Z ini juga menarik karena pola konsumsinya cenderung berubah atau berbeda dari generasi Baby Boomers maupun generasi Milenial,” jelas Bhima kepada kumparan, Rabu (15/1).
ADVERTISEMENT
Sebagai ‘digital native’, pola konsumtif Gen Z yang ada juga mendorong cepatnya digitalisasi. Bhima mencontohkan perilaku berlangganan Spotify dan Netflix menjadi tren di kalangan Gen Z.
“Artinya Gen Z juga memunculkan banyak sekali peluang-peluang ekonomi yang disebut sebagai laser economy atau ekonomi untuk produk-produk hiburan yang baru,” tutur Bhima.
Sementara itu Direktur Ekonomi Digital CELIOS Nailul Huda menyampaikan sifat kelompok generasi gratifikasi instan ini memiliki kemampuan untuk mendorong perekonomian dari sektor rumah tangga. Gratifikasi instan adalah kecenderungan untuk mencari kepuasan atau kesenangan dengan segera.
"Sifat gen Z yang cukup konsumtif juga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi supaya lebih cepat, mengingat konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50 persen terhadap PDB," kata dia.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, Nailul menyampaikan bahwa belanja Gen Z mayoritas masih produk impor yang sifatnya leisure. Ini lah yang membuat perilaku konsumtif Gen Z tidak sesignifikan dalam mendorong geliat ekonomi nasional.
"Meskipun ya memang akan berpengaruh, tapi tidak akan sesignifikan multiplier effect-nya jika konsumsi difokuskan ke barang-barang lokal," kata dia.