Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kamis (29/8) malam menjadi kulminasi dari karier Suprajarto sebagai bankir. Dua tahun lewat lima bulan menjabat Direktur Utama Bank BRI , posisi puncak di bank terbesar di Indonesia itu berakhir.
ADVERTISEMENT
Pencapaian itu diraih Suprajarto, setelah 36 tahun menapaki jenjang demi jenjang kekaryawanan di Bank BRI. Mulai dari staf pelaksana yang ditempatkan di pelosok Kalimantan pada 1983, hingga akhirnya menjabat Direktur Jaringan dan Layanan (2007-2015).
Dua tahun berikutnya, dia jalani sebagai Wakil Direktur Utama Bank BNI (2015-2017) dan kemudian menjadi Direktur Utama Bank BRI.
Berakhirnya jabatan dia di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, hanya berselang sehari setelah ulang tahunnya yang ke-64. Hal itu seiring dengan pelaksanaan RUPSLB Bank BTN, yang mengangkat Suprajarto menjadi dirut bank tersebut. Tapi Suprajarto menolak keputusan itu. Dia memilih mundur.
Dia mengaku tak pernah diajak bicara mengenai penetapannya sebagai Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau Bank BTN. Apalagi diajak musyawarah.
ADVERTISEMENT
“Oleh karena itu, atas penetapan RUPSLB tersebut, saya tidak bisa menerima keputusan itu. Dan saya memutuskan mengundurkan diri dari keputusan RUPSLB BTN,” katanya kepada para wartawan, di rumah makan Tesate Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (29/8).
Pernyataan tegas Suprajarto itu, dibacakan dari secarik kertas bertulisan tangan. Pertanda disiapkan mendadak. Bukan ketikan komputer yang diprint rapi.
Setelah pernyataan pers usai, hampir tak ada jawaban serius yang dia sampaikan atas berondongan pertanyaan para wartawan.
“Yang penting liburan dulu. Itu dipikir nanti lah, yang penting saya happy, plong, dan enjoy,” katanya sambil tersenyum, menjelaskan rencananya setelah tak lagi menjadi dirut bank.
Dia bergegas keluar, lantas mengunjungi sebuah restoran untuk makan malam.
“Saya beneran merasa lega. Lebih plong,” ujarnya membuka obrolan di meja makan. “Ini badan juga jadi terasa lebih enak. Padahal seharian tadi saya enggak enak badan. Makanya di rumah aja.”
ADVERTISEMENT
Malam itu, Suprajarto mengenakan batik hitam dengan motif bunga. Demikian juga sejumlah pimpinan BRI yang saat itu menyertai. Setiap Kamis, Bank BRI memang mewajibkan seluruh karyawannya berpakaian batik.
Menurutnya, dia kelelahan setelah sepanjang hari sebelumnya, mengikuti rangkaian prosesi akad nikah putra bungsunya. Resepsinya sendiri baru akan digelar Sabtu (31/8).
Soal perasaannya yang lebih lega setelah pengunduran diri, pria kelahiran Yogyakarta itu menjelaskan, dari akhir 2018 dalam kepemimpinannya sebagai dirut BRI, seperti ada yang mengombang-ambingnya.
“Itu memuncak di Januari, RUPSLB Januari 2019 itu. Lalu RUPS Tahunan dan sekarang RUPSLB. Itu (setiap RUPS), tiga kali dalam waktu delapan bulan ini saja, kita enggak bisa kerja dengan tenang,” kata peraih Leadership Achievement Award 2019 dari The Asian Banker itu, melanjutkan perbincangan.
ADVERTISEMENT
“Iya Pak, sekarang ini teman-teman juga jadi pada gelisah. Terutama yang di serikat pekerja pada nge-WA saya,” timpal Ketua Serikat Pekerja Bank BRI, Ruslina Harsono, yang duduk persis di depan Suprajarto.
Serikat Pekerja BRI dan juga Serikat Pekerja BTN menilai, pemindahan Suprajarto dari BRI ke BTN sebagai pelecehan profesi. Karena penugasan diberikan dari bank yang kapasitasnya terbesar di Indonesia, ke yang jauh lebih kecil.
Per Juni 2019, BRI memiliki aset Rp 1.228,20 triliun dan laba bersih Rp 16,16 triliun. Sementara Bank BTN memiliki aset Rp 268,04 triliun dengan laba bersih Rp 1,3 triliun.
Selain Ruslina, yang lain lebih banyak diam. Terlihat menahan perasaan. Suasana ruangan tempat makan hening sesaat. Udaranya terasa lebih dingin, di tengah hembusan AC.
“Saya pesan wedang jahe,” kata Suprajarto saat ditanya minuman yang ingin dipesan.
ADVERTISEMENT
Sementara kumparan memilih air mineral dan es kopyor duren. “Iya deh, saya ganti enggak usah wedang jahe. Air mineral dan es kopyor duren,” ujar Suprajarto.
Corporate Secretary Bank BRI Bambang Tribaroto, tetap pada pilihannya yakni wedang jahe. Yang lain memesan teh panas.
Tak terlalu lama, makanan pesanan ditata pramusaji di meja. ‘Bola-bola Cokro’ yakni semacam kroket ayam dan ‘Tahu Nenek’, jadi menu pembuka. Selanjutnya ada ‘Ayam Panggang Aroma’ yang disajikan dalam potongan-potongan kecil, ditaburi asinan pepaya muda.
Juga menu ikan ‘Kerapu Menteng’ dan ‘Sop Iga'. Menu sayuran yang dipilihkan adalah ‘Tumis Kangkung Belacan’ serta ‘Jamur Menteng’.
Di antara yang lain, Suprajarto makan lebih lahap. Beberapa menu dia coba, meski porsinya tak terlalu banyak. Malam itu, wajahnya terlihat lebih rileks dan banyak senyum. Berkebalikan dengan peserta makan malam lainnya.
ADVERTISEMENT
“Terus bagaimana BRI Pak?” tanya saya mencairkan kebekuan. “Ini masih ada Bapak-bapak dan Ibu-ibu ini,” jawabnya sembari menunjuk orang-orang di sekelilingnya. “Ya kita lihat nanti Senin,” dia menambahkan.
Senin (2/9), giliran Bank BRI menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Salah satu posisi yang harus diisi adalah direktur utama yang ditinggalkan Suprajarto.
“Ya siapa pun yang jadi dirut, saya sih maunya orang BRI. Supaya bisa memahami daleman-daleman-nya BRI. Kan juga lebih mudah mengonsolidasikan karyawan dan semua sumberdaya,” pintanya.
Kabar yang beredar, Kementerian BUMN telah menyiapkan kandidat untuk memimpin BRI , yakni Sunarso yang saat ini menjabat Wakil Direktur Utama Bank BRI dan Achmad Baiquni yang saat ini menjabat Direktur Utama Bank BNI.
ADVERTISEMENT
“Besok (Jumat, 30/8) saya masih ke kantor. Mau beres-beres barang. Saya sudah minta dibelikan kardus-kardus besar untuk bawain barang-barang dari kantor,” lanjutnya.
Waktu pun merambat semakin malam. Suprajarto menandaskan es duren kopyor hingga tegukan terakhir dari gelas. Yang lain tetap tak bergairah melanjutkan makan.
“Oke ya, saya titip Bank BRI ke Bapak-bapak dan Ibu-ibu,” pesan Suprajarto menutup pertemuan. Semuanya saling bersalaman dan berpelukan, lantas berpisah meninggalkan restoran di kawasan Menteng itu.