Sederet Saran Pengamat Pertanian ke Amran Sulaiman yang Kembali Jadi Mentan

26 Oktober 2023 10:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani mengangkut gabah hasil panen di Samahani, Aceh Besar, Aceh. Foto: Irwansyah Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petani mengangkut gabah hasil panen di Samahani, Aceh Besar, Aceh. Foto: Irwansyah Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Amran Sulaiman kembali menduduki kursi Menteri Pertanian (Mentan) di sisa masa kepemimpinan Presiden Jokowi. Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, menyarankan Amran bisa meneruskan gaya Plt Mentan sebelumnya, Arief Prasetyo Adi, dalam memimpin Kementerian Pertanian (Kementan).
ADVERTISEMENT
Meski tidak genap sebulan menggantikan Syahrul Yasin Limpo yang terjerat kasus korupsi, tetapi Khudori melihat gaya kepemimpinan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) di Kementan sejak 6 Oktober hingga 24 Oktober 2023 itu patut diacungi jempol.
Khudori memandang, Amran harus memanfaatkan waktunya di Kementan yang kurang dari setahun untuk bersinergi dan berkolaborasi. Sebab, pertanian merupakan sektor yang multidimensi, multisektor, dan multiaktor. Sehingga Kementan tidak bisa bekerja sendiri.
“Apa yang dilakukan Plt Mentan, Pak Arief Prasetyo Adi, dalam beberapa hari menjawab sepatutnya diteruskan. Pak Arief mencoba membangun ekosistem yang memungkinkan pembangunan pertanian bisa diorkestrasi dengan menciptakan kolaborasi,” kata Khudori melalui keterangan tertulis, dikutip pada Kamis (26/10).
Khudori mencontohkan, langkah Arief yang menjalin kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam pemanfaatan aset-aset institusi riset dan penelitian dan pengembangan (litbang), setelah aktivitas litbang dialihkan ke BRIN.
ADVERTISEMENT
“Yang juga perlu diteruskan, dikuatkan, dan dipastikan dieksekusi di lapangan adalah langkah quick wins peningkatan produksi beras jadi 35 juta ton pada tahun depan. Pak Arief sudah menurunkan quick wins itu dalam 9 langkah yang detail,” ujar Khudori.
Seperti produktivitas dari 5,2 ton per hektare (ha) menjadi 5,5-5,7 ton per ha, memastikan asuransi pertanian, pendetailan pemanfaatan alsintan yang sudah ada, pendetailan 26 ribu outlet pupuk baik subsidi ataupun komersial, memastikan eksekusi oleh daerah.
Lalu memberikan penghargaan kepada daerah yang berhasil mencapai target, penetapan penanggung jawab wilayah hingga optimalisasi peran penyuluh.
Khudori melihat penanaman padi juga harus diperhatikan secara serius. Sehingga produksi beras bisa meningkat.
“Produksi menurun karena luas panen menurun. Di sisi lain konsumsi terus naik. Akibatnya, surplus produksi tahun juga terus menurun. Pada 2018, surplus beras mencapai 4,37 juta ton, menurun jadi 2,38 juta ton pada 2019, turun lagi jadi 2,13 juta ton pada 2020, dan tinggal 1,3 juta ton di 2021 dan 2022,” ungkap Khudori.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi (kanan) memberikan ucapan selamat kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman (kiri) usai dilantik di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/10/2023). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Penurunan kapasitas produksi ini berkaitan erat dengan anomali iklim atau cuaca, degradasi kualitas lahan dan air serta kapasitas petani yang tua membuat keberlanjutan produksi menghadapi masalah serius.
Apalagi, kata Khudori, dalam 5 tahun terakhir, ada kecenderungan ketidaktertarikan menanam padi di kalangan petani yang tampak dari dua gejala. Pertama, luas panen padi menurun dari 11,378 juta ha pada 2018 jadi 10, 549 juta ha pada 2022. Dalam 5 tahun luas panen turun 829 ribu ha. Kedua, luas sawah yang ditanami non-padi juga terus naik dari 14.994 hektare pada 2019 jadi 18.311 hektare pada 2021.
“Tanpa banyak disadari, di lahan sawah seluas 7,4 juta hektare saat ini telah berkompetisi aneka tanaman pangan. Yang paling utama tentu padi, jagung, kedelai, dan tebu,” ujar Khudori.
ADVERTISEMENT
Khudori menduga hal itu disebabkan oleh usaha tani yang tidak lagi menarik dari sisi ekonomi.
Di sisi lain, Khudori juga menyarankan Amran agar tidak berambisi membuat terobosan-terobosan baru yang relatif sulit dicapai. Menurutnya, dengan waktu yang relatif singkat, Amran lebih baik membangun fondasi yang baik bagi pemerintahan ke depan.
Ia berkaca pada gaya kepemimpinan Amran di Kementan sebelumnya yang memantik kontroversi dan masalah.
“Misalnya, berulang kali beliau mensinyalir ada middle man yang bermain dalam tata niaga beras hingga berujung pada penggerebekan PT IBU di tahun 2016 bersama Satgas Pangan, Kemendag, dan KPPU. Belakangan, semua tuduhan yang disampaikan ke publik saat itu tidak terbukti. Tapi PT IBU sudah kadung hancur. Atau langkah beliau menggandeng TNI dalam pencetakan lahan atau sawah baru yang belakangan banyak masalah,” ungkap Khudori.
ADVERTISEMENT
Amran disarankan untuk bekerja dengan fokus menggenjot produksi pangan, seperti meningkatkan optimalisasi lahan yang eksisting, juga memastikan petani tetap mendapatkan untung agar terus mempertahankan usaha taninya.
Selain itu, Amran juga harus memilah dan memilih komoditas prioritas, serta memanfaatkan data Sensus Pertanian 2023 yang akan dirilis pada 14 Desember 2023 sebagai dasar membuat kebijakan-kebijakan khusus dan spesifik.
“Kinerja sektor pertanian terus menurun apabila ditinjau dari jumlah atau volume impor pangan. Impor pangan, baik volume maupun nilainya terus naik. Berpuluh-puluh tahun subsektor pangan mengalami defisit, bahkan defisit makin besar dan parah. Ini harus menjadi perhatian serius. Jika Pak Amran fokus mengerjakan hal-hal yang membangun fondasi ke depan, ada harapan sektor pertanian akan pelan-pelan melompat dan naik kelas,” tutur Khudori.
ADVERTISEMENT