Sektor Hulu Migas Sumbang Penerimaan Negara Rp 62 T di Kuartal I 2022

22 April 2022 16:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SKK Migas Paparan Kinerja Hulu Migas Kuartal I 2022, Jumat (22/4/2022). Foto: SKK Migas
zoom-in-whitePerbesar
SKK Migas Paparan Kinerja Hulu Migas Kuartal I 2022, Jumat (22/4/2022). Foto: SKK Migas
ADVERTISEMENT
Sektor industri hulu minyak dan gas (migas) masih memberikan sumbangsih cukup signifikan terhadap penerimaan negara pada tahun 2022. Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat pemasukan negara dari sektor ini sudah mencapai 44 persen dari target APBN 2022 pada kuartal pertama 2022.
ADVERTISEMENT
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan, total penerimaan negara sudah mencapai USD 4,36 miliar atau setara dengan Rp 62 triliun pada kuartal pertama tahun ini. Adapun hingga akhir tahun, penerimaan di sektor hulu migas dipatok mencapai USD 9,9 miliar.
"Cost recovery itu mencapai USD 1,4 miliar. Kemudian penerimaan negara cukup besar di kuartal satu mencapai 44 persen dari target setahun," ujar Dwi dalam virtual conference kinerja sektor hulu migas, Jumat (22/4).
Dia menjelaskan, kinerja tersebut dikerek oleh naiknya harga minyak dunia. Di samping itu, juga lantaran efisiensi dari sektor belanja barang dan jasa serta kegiatan operasional.
Sejumlah efisiensi dilakukan oleh perusahaan, mulai dari pengadaan rig pengeboran, mengurangi peralatan yang disesuaikan kebutuhan pengeboran lapangan minyak.
ADVERTISEMENT
Dwi memaparkan, total pengeboran sumur pada kuartal pertama adalah sebanyak 5 sumur eksplorasi. Menurutnya, kinerja ini 125 persen lebih tinggi daripada periode yang sama tahun lalu. Selanjutnya, pengeboran sumur pengembangan yakni sebanyak 162 sumur atau mencapai 213 persen.
Dalam kesempatan yang sama, Dwi mengungkapkan harga minyak mentah dunia masih akan terus melambung bahkan hingga tahun 2023. Ini terutama disebabkan terjadinya perang antara Rusia dengan Ukraina.
"Paling tidak average 2022-2023 diperkirakan masih di atas USD 100 per barel. Suplai terganggu krisis Rusia-Ukraina," pungkasnya