Sektor Transportasi Paling Tertekan di Kuartal II 2020, Minus 30,8 Persen

5 Agustus 2020 13:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lion Air dan Garuda Indonesia di Bandara Internasional Soekarno-hatta, Jakarta. Foto: AFP/Adek BERRY
zoom-in-whitePerbesar
Lion Air dan Garuda Indonesia di Bandara Internasional Soekarno-hatta, Jakarta. Foto: AFP/Adek BERRY
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor transportasi menjadi yang paling tertekan selama kuartal II 2020. Kondisi ini imbas dari perekonomian yang terkontraksi atau minus 5,32 persen (yoy) di periode April-Juni tahun ini.
ADVERTISEMENT
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, sektor transportasi menjadi sumber kontraksi tertinggi pada pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020, yakni minus 30,84 persen (yoy). Padahal di kuartal II tahun lalu, sektor ini masih tumbuh 5,88 persen (yoy).
"Sumber kontraksi yang tertinggi adalah pada transportasi dan pergudangan, diikuti oleh pengolahan," kata Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (5/8).
Secara rinci, transportasi yang paling tertekan terjadi pada angkutan udara, minus 80,23 persen (yoy) selama kuartal II. Disusul angkutan rel yang minus 63,75 persen (yoy).
Begitu juga dengan angkutan darat dan laut yang mengalami penurunan, masing-masing menjadi minus 17,65 persen (yoy) dan 17,48 persen (yoy) di kuartal II 2020.
Selain sektor transportasi dan pergudangan, BPS mencatat sektor akomodasi makanan dan minuman juga turun 22,02 persen (yoy). Sektor perdagangan juga menjadi minus 7,57 persen (yoy), didorong merosotnya penjualan mobil dan sepeda motor.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Industri pengolahan pun terkontraksi minus 6,19 persen (yoy) di kuartal II 2020, didorong industri alat angkutan yang anjlok 34,29 persen (yoy). Industri tekstil dan pakaian jadi minus 14,23 persen (yoy), dan industri pengolahan tembakau minus 10,84 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
"Industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh 8,65 persen. Terutama ini didukung oleh produksi produk obat-obatan untuk memenuhi permintaan domestik dalam menghadapi wabah COVID-19," jelasnya.
Suhariyanto menambahkan, hanya sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh sebesar 10,88 persen (yoy) pada kuartal II 2020.
Sementara itu, sektor pertanian masih tumbuh positif 2,19 persen (yoy), meskipun mengalami perlambatan dibandingkan kuartal II 2019 yang mampu tumbuh 5,33 persen (yoy).
"Sektor informasi komunikasi ini tumbuh signifikan yaitu 10,88 persen, karena selama pandemi terjadi peningkatan belanja iklan, trafik internet, dan adanya peningkatan jumlah pelanggan internet. Jadi satu-satunya sektor yang tumbuh positif dan meningkat adalah informasi dan komunikasi," tambahnya.