Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Selain China, Transaksi RI dengan Thailand dan Malaysia Juga Bisa Tanpa Dolar
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Benny Soetrisno, mengatakan para pengusaha di lapangan mayoritas masih terbiasa bertransaksi menggunakan dolar AS.
“Memang LCS antara Malaysia, Thailand ini kita masih belum lihat hasil realnya di lapangan karena masing-masing pengusahanya masih menginginkan US dolar,” kata Benny saat webinar yang digelar BPPP Kemendag, Kamis (5/8).
“Di mana hegemoni US dolar masih dianggap belum turun. Artinya semua negara kalau devisa itu ukurannya US dolar,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengungkapkan, kerja sama LCS harus menguntungkan mata uang kedua negara termasuk rupiah yang bisa semakin dikenal di perdagangan dunia. Ia mengambil contoh pengalaman LCS dengan Thailand atau rupiah dengan baht.
Faisal menjelaskan, penggunaan baht dan rupiah tadinya di kisaran 14 sampai 15 persen, kini penggunaannya mencapai 20 persen. Sayangnya, sebagian besar yang digunakan adalah baht dibandingkan dengan rupiah.
ADVERTISEMENT
“Jadi artinya LCS dalam mendorong rupiah itu tidak terlalu banyak. Jadi kita bisa melihat hampir tidak ada perubahan dari share penggunaan rupiah dalam perdagangan Indonesia dengan Thailand. Jadi yang meningkat penggunaan bahtnya,” ungkap Faisal.
Faisal merasa transaksi menggunakan rupiah dan baht juga tidak membuat dolar AS menurun penggunaannya. Ia menegaskan bahwa dalam LCS rupiah harus ikut diuntungkan.
“Jadi ini yang kita harapkan LCS bukan hanya mendorong mata uang negara mitra tapi juga kita sendiri,” tutur Faisal.