Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Selain Pasok Listrik, PLTP Kamojang Bisa Hasilkan Hidrogen Hijau
5 September 2024 9:41 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“PLTP Kamojang ini adalah PLTP pertama yang ada di Indonesia dan beroperasi semenjak tahun 1982 untuk unit 1, kemudian, unit 2 dan 3 menusuk 5 tahun kemudian, COD di tahun 1987,” jelas Specialist Tata Kelola Pembangkit Unit Bisnis Pembangkitan Kamojang PLN Indonesia Power, Iwan Setiono, di PLTP Kamojang, Bandung, Jawa Barat pada Rabu (4/9).
Dari tiga pembangkit itu, PLTP Kamojang dapat menghasilkan total energi listrik sebesar 140 MW. Dalam hal ini, pembangkit pertama menghasilkan 30 MW, sedangkan dua pembangkit lainnya masing-masing menghasilkan 55 MW.
Selain menghasilkan energi listrik, Iwan menjelaskan PLTP Kamojang juga memiliki Green Hydrogen Plant (GHP) yang dapat menghasilkan hidrogen hijau. Dalam hal ini PLTP Kamojang menjadi pemasok hidrogen hijau untuk Refueling Station (HRS) yang terletak di Senayan, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Hidrogen hijau tersebut dihasilkan dari air kondensasi kegiatan produksi listrik yang dilakukan di PLTP Kamojang.
“Hydrogen Plant ini menggunakan air kondensat yang sisa dari proses pendinginan cooling tower.Di mana cooling tower ini menggunakan siklus tertutup. Jadi air yang hasil kondensasi dari uap panas bumi, kemudian kita dinginkan di cooling tower. Selanjutnya hasil pendinginan kita kembalikan lagi ke kondenser lagi,” jelas Iwan.
PLTP Kamojang dapat memproduksi 8 kg hidrogen per jam. Kapasitas produksi tersebut masih bisa dimaksimalkan lagi.
Iwan mengakui saat ini konsumen yang menggunakan hidrogen hijau belum terlalu banyak. Sehingga PLTP Kamojang hanya menunggu permintaan dari HRS Senayan.
Meski begitu, Iwan menilai peluang konsumen ke depan masih terbuka.
“Tantangan kita dalam menciptakan ekosistem hidrogen yang belum ada sekarang adalah konsumen yang belum banyak. Jadi kendala produksi adalah menunggu konsumen. Kalau konsumennya sudah ada, kita produksi. Jadi kita saat ini masih menunggu, kalau ada permintaan untuk jadi HRS Senayan, baru kita produksi,” tutur Iwan.
ADVERTISEMENT