Selama Dua Dekade, Industri Hulu Migas Sumbang Rp 5.045 Triliun untuk Kas Negara

17 Agustus 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto meresmikan penyaluran perdana gas bumi ke PT KCC Glass Indonesia di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jumat (26/7/2024). Foto: PGN
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Arifin Tasrif dan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto meresmikan penyaluran perdana gas bumi ke PT KCC Glass Indonesia di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jumat (26/7/2024). Foto: PGN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala Divisi Program dan Komunikasi (Prokom) SKK Migas Hudi D Suryodipuro menyampaikan selama kurang lebih dua dekade terakhir, industri hulu migas telah menjadi penyumbang kedua terbesar penerimaan negara setelah pajak, dengan total kontribusi sebesar Rp 5.045 triliun.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2023 lalu, investasi industri hulu migas mencapai USD 13,7 Miliar atau setara Rp 206 triliun, meningkat 13 persen dari realisasi 2022, lebih tinggi 5 persen dari Long Term Plan (LTP) serta di atas tren investasi E&P global.
Hudi menambahkan, upaya SKK Migas mencari dan mengembangkan cadangan migas baru berhasil mempertahankan Reserve Replacement Ratio (RRR) di atas 100 persen selama enam tahun berturut-turut, serra menyelesaikan proyek-proyek besar seperti Lapangan Jangkrik, Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB), dan Tangguh Train 3.
"Sejak tahun 2012, pasokan gas untuk kebutuhan domestik telah melebihi ekspor, yang merupakan bagian dari upaya kita memperkuat ketahanan energi nasional,” ujar dia melalui keterangan resmi, Sabtu (17/8).
Hudi menyebutkan ada ada sejumlah target yang harus dicapai oleh industri migas di tahun 2024, yaitu peningkatan Investasi sebesar USD 16,1 miliar atau Rp 242 triliun atau naik 17 persen dibandingkan tahun 2023 yang tercatat sebesar USD 13.7 miliar atau sebesar Rp 206 triliun.
ADVERTISEMENT
Kemudian peningkatan kegiatan pemboran pengembangan secara masif. Pada tahun 2024 ini ditargetkan mampu mencapai 932 sumur, atau naik sebesar 388 persen dari realisasi tahun 2020 yang hanya mencapai 240 sumur.
Selain itu, target portfolio industri hulu migas hingga tahun 2029 telah memiliki 141 proyek dengan total investasi USD 36,25 miliar atau setara Rp 543 triliun, yang terdiri dari 6 Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan total investasi sebesar USD 32.47 miliar atau sebesar Rp 487 triliun, dan 135 proyek non PSN, dengan nilai total nilai investasi sebesar USD 3.78 miliar atau sebesar Rp 57 triliun.
Sumur B13 Infill Clastic, Lapangan Banyu Urip, Cepu, Kabupaten Bojonegoro yang dikelola oleh PT Exxonmobil Indoensia. Foto: Abdul Latif/kumparan
Hudi menegaskan, target tersebut dapat terwujud dengan kolaborasi dan dukungan dari semua stakeholder industri migas. Apalagi dengan dua temuan besar cadangan gas beberapa waktu lalu di Indonesia, membuat gairah investasi industri migas ikut meningkat.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, kegiatan usaha hulu migas, seperti pengeboran dan eksekusi proyek, turut menciptakan efek ganda yang signifikan melalui penerapan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), yang mencapai 58 persen dari total belanja dan penyediaan lapangan kerja untuk 150 ribu pekerja.
Lebih lanjut, menurut Hudi, dalam peringatan HUT RI ke 79 ini, industri hulu migas telah memberikan sumbangsih nyata bagi bangsa dan negara, antara lain kinerja eksplorasi dengan temuan eksplorasi di Geng North, Layaran, dan Tangkulo yang telah menempatkan Indonesia pada posisi teratas temuan eksplorasi di Asia Tenggara dalam dua tahun terakhir.
Kedua, upaya peningkatan produksi minyak melalui produksi dari Banyu Urip Infill Clastic (BUIC). Sumur B-13 yang merupakan sumur pertama dari proyek ini telah memproduksi minyak pada tanggal 9 Agustus lalu.
Pertamina Hulu Rokan (PHR) melakukan pengeboran perdana sumur migas Gulamo di Blok Rokan, Riau. Foto: Pertamina
“Beberapa hari lalu kita juga menyaksikan pengapalan ke-1.000 minyak mentah dari Lapangan Banyu Urip. Kita berharap 6 sumur berikutnya dari Proyek BUIC akan segera menyusul sehingga kontribusi proyek ini untuk semakin mengangkat profil produksi minyak nasional dapat terwujud,” ujar dia.
ADVERTISEMENT
Ketiga, digitalisasi pengelolaan rantai pasok merupakan salah satu pilar rencana strategis hulu migas dan selaras dengan arahan Pemerintah. “Untuk itu, SKK Migas telah mengimplementasikan IOG E-Commerce yang dimulai untuk pengadaan barang/peralatan dengan nilai sampai Rp 1 miliar,” kata Hudi.
Keempat, peningkatan efek multiplier melalui penandatanganan 10 Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan total nilai USD 1.2 miliar atau setara dengan Rp 18,9 triliun, serta penandatanganan 8 Procurement Contract senilai USD 428 juta atau setara Rp 6,4 triliun, yang dilakukan pada pembukaan Supply Chain & National Capacity Summit beberapa hari lalu.
Kelima, pemerataan ekonomi dan membuka lapangan kerja baru. Industri hulu migas melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang berorientasi untuk menciptakan kesejahteraan sosial.
ADVERTISEMENT
“Pada tahun 2024 ini, telah diperoleh Kesepakatan Anggaran PPM sebesar USD 35.38 Juta atau sebesar Rp 530 miliar, naik sebesar 127 persen dari tahun 2023 yang sebesar USD 27.7 juta,” kata Hudi.
Keenam, industri hulu migas turut berkontribusi dalam upaya mengurangi emisi karbon. Industri hulu migas telah meluncurkan 6 inisiatif untuk pengurangan karbon. Selain program CCS, Energy management, Zero Routine Flaring dan lain-lain.
Meski begitu, Hudi mengakui, masih ada tantangan yang dihadapi oleh industri migas ke depan berupa ketertinggalan produksi migas dari target yang ditetapkan. Selain itu, Indonesia memiliki gap yang sangat signifikan yang harus kita jembatani untuk mencapai target produksi 1 juta barel per hari (BOPD) dan 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD).
ADVERTISEMENT
Adapun untuk tahun 2024, dari target produksi minyak LTP sebesar 709.000 BOPD, produksi baru mencapai 579.000 BOPD, artinya terdapat kekurangan sebesar 130.000 BOPD. Sedangkan untuk gas, target LTP untuk tahun 2024 adalah 6.736 MMSCFD, namun produksi saat ini hanya mencapai 5.334 MMSCFD, sehingga ada selisih sebesar 1.402 MMSCFD.
“Mindset kolaborasi dalam melakukan pekerjaan transformasi ini sangat penting, karena memang kita harus bergerak secara bersama-sama untuk satu tujuan sehingga tidak bisa tidak, kita harus berkolaborasi. Sikap ego sektoral dan silo mentality hanya akan menjauhkan kita dari pencapaian target bersama,” pungkas Hudi.