Semakin Murah, Biaya Energi dan Investasi PLTS Saingi PLTU Batu Bara

13 September 2024 10:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 26,8 Megawatt Peak, yang merupakan ground mounted Solar PV terbesar di Indonesia yang digunakan untuk operasional pertambangan. Foto: Dok. AMMAN
zoom-in-whitePerbesar
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 26,8 Megawatt Peak, yang merupakan ground mounted Solar PV terbesar di Indonesia yang digunakan untuk operasional pertambangan. Foto: Dok. AMMAN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat Levelized Cost Of Electricity (LCOE) alias biaya energi rata-rata Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) semakin murah dan kompetitif.
ADVERTISEMENT
Direktur Konservasi Energi EBTKE, Hendra Iswahyudi, mengatakan potensi PLTS di Indonesia mendominasi di antara pembangkit energi baru terbarukan (EBT), yakni sebesar 3.294 gigawatt (GW). Namun, realisasinya baru 675 megawatt (MW).
"Secara biaya pembangkitan LCOE dari PLTS ini menurun sangat signifikan," kata Hendra saat Forum Tematis Bakohumas di Bandung, Kamis (12/9).
Hendra mencatat sebelum Kementerian ESDM belum menerapkan kebijakan feed in tariff, alias kebijakan yang memberikan harga khusus untuk pembelian tenaga listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan, LCOE dari PLTS masih di USD 25 sen per kilowatt per hour (kwh).
"Sekarang PLTS di Cirata sudah di bawah USD 6, mungkin USD 5,6 atau 5,8 sen per kwh," ungkapnya.
Presiden Jokowi memberikan sambutan saat meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (9/11/2023). Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
Bahkan, kata dia, saat ini PT PLN Nusantara Power sedang mempersiapkan pembangunan PLTS terapung di Karangkates, Malang, LCOE sudah ditekan sampai USD 4,97 sen per kwh.
ADVERTISEMENT
"Jadi semakin murah, semakin kompetitif. Jadi ini yang mesti kita dorong terus, apalagi kita punya regulasi yang mendorong TKDN," tutur Hendra.
Sementara itu, Subkoordinator Penyiapan Perencanaan dan Kebijakan Ketenagalistrikan Nasional, Hasan Maksum, menambahkan biaya investasi PLTS lebih murah dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara.
Hasan memaparkan, kebutuhan investasi PLTU berteknologi super critical sekitar USD 1,7 juta per megawatt (MW). Sementara biaya investasi PLTS hanya sekitar USD 0,9 juta per MW.
"Jadi misalkan PLTS dibangun 100 megawatt itu mungkin sekitar 90 juta USD," katanya.
Kemudian, LCOE PLTS juga sudah hampir menyaingi PLTU batu bara. Hasan menyebut, LCOE PLTU yang bergantung pada harga batu bara berkisar antara USD 5-7 sen per kwh.
ADVERTISEMENT
"Untuk PLTS mungkin akhir-akhir ini cenderung turun mungkin sekitar USD 6 sen," tandas Hasan.