Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Sempat Terpuruk karena Pandemi, Industri Pelayaran Optimistis Bangkit di 2022
28 Desember 2021 10:16 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Industri pelayaran optimis kinerja bakal terus membaik di 2022, meski masih ada ketidakpastian karena pandemi COVID-19 belum tentu berakhir.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners Association (INSA), Carmelita Hartoto, mengatakan sepanjang dua tahun pandemi ini, sektor pelayaran nasional mengalami tekanan yang sangat berat.
"Namun selama penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional berjalan sesuai harapan, kita yakin pelayaran nasional mungkin akan lebih baik di tahun depan," kata Carmelita, Selasa (28/12).
Penurunan arus barang terjadi pada awal-awal pandemi saat banyak industri manufaktur menghentikan produksinya. Untuk muatan ekspor dan impor komoditi dengan peti kemas, DPP INSA prihatin atas kondisi kelangkaan kontainer.
ADVERTISEMENT
"Kami prihatin dengan yang dialami oleh para eksportir kita yang mengalami kelangkaan peti kemas, serta meningkatnya freight internasional sebagai akibat bola salju pandemi yang memaksa terjadinya lockdown di berbagai negara, blank sailling dan kongesti di banyak pelabuhan dunia," ujar Carmelita.
Carmelita memastikan INSA terus berkoordinasi bersama pemerintah dan MLO, untuk mencari solusi terbaik bagi eksportir nasional dalam upaya menjadikan Indonesia negara pengekspor yang besar.
Sejauh ini, kata Carmelita, armada pelayaran nasional anggota INSA terus melakukan repositioning kontainer eks impor milik MLO yang beredar di berbagai pelabuhan Indonesia dengan mekanisme free use untuk mencukupi ketersediaan peti kemas ekspor.
Meski ada tantangan tersebut, Carmelita menjelaskan ekspor Indonesia tetap moncer. Sepanjang Januari sampai November 2021 nilai ekspor Indonesia menembus USD 209,16 miliar. Nilai ekspor ini merupakan yang tertinggi dalam sejarah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Carmelita menuturkan catatan gemilang nilai ekspor ini menunjukkan daya saing produk Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan negara lainnya. Ia merasa keberhasilan ini tidak terlepas adanya konsistensi pemerintah menerapkan peraturan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku saat ini.
“Pada sektor angkutan non peti kemas seperti tug and barges mungkin sedikit lebih baik, seiring dengan kenaikan harga batu bara dan CPO dunia di tahun ini,” ungkap Carmelita.
Para pelaku usaha pelayaran nasional juga akan memastikan ketersediaan angkutan kapal merah putihnya jenis tongkang dan tunda serta curah atau bulk. Sehingga tidak perlu mendatangkan kapal bendera asing untuk mendukung kegiatan angkutan batu bara, baik yang diperuntukkan untuk konsumsi domestik maupun ekspor.
Sedangkan pada sektor angkutan offshore dan migas, meski sempat mengalami tekanan karena penurunan harga minyak dunia pada awal pandemi, namun kini perlahan mulai membaik seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi yang mendorong permintaan BBM.
ADVERTISEMENT
Sementara pelayaran Roro atau penumpang merupakan sektor yang paling berat menghadapi situasi pandemi ini. Pembatasan perjalanan orang membuat sektor ini harus mengalami penurunan kinerja sangat dalam.
Di sisi lain, Carmelita menyambut baik keberhasilan Indonesia melewati tahun-tahun penuh tantangan selama pandemi COVID-19.
“Indonesia pernah mengalami puncak pandemi COVID-19 pada Juni hingga Agustus lalu. Saat itu, penularan virus COVID-19 begitu tinggi sehingga membuat situasi darurat.
Namun atas kebijakan yang tepat dan kerja sama seluruh pihak, Indonesia bisa keluar dari kondisi kritis tersebut,” terang Carmelita.
Di tengah kondisi sulit itu, pemerintah mengambil keputusan yang tepat yakni mengambil kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM.
Di saat bersamaan, kebijakan PPKM tersebut dibarengi dengan gencarnya vaksinasi bagi masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Setidaknya hingga saat ini, terbukti kebijakan PPKM dan vaksinasi ini cukup ampuh mengendalikan penularan COVID-19 di Indonesia, tanpa kita harus lockdown,” ujar Carmelita.
Pemulihan Ekonomi Mulai Terlihat
Sejalan dengan keberhasilan pengendalian penularan COVID-19, kata Carmelita, Indonesia bisa berhasil memulihkan ekonomi secara perlahan. Setelah mengalami resesi ekonomi pada 2020 hingga kuartal I 2021, ekonomi nasional berhasil rebound pada kuartal II 2021 yang tumbuh hingga 7,07 persen (yoy). Pemulihan ekonomi nasional tetap terjaga pada kuartal III 2021 yang tumbuh 3,51 persen.
Kementerian Keuangan memprediksi ekonomi nasional pada kuartal IV 2021 juga akan tumbuh di atas 5 persen. Sehingga ekonomi nasional pada 2021 akan tumbuh sekitar 3,5 persen hingga 4 persen.
Carmelita menganggap pemulihan ekonomi nasional ini tidak lepas dari kelancaran kegiatan logistik Indonesia. Untuk itu, ia mengapresiasi kebijakan Kementerian Perhubungan yang tetap mendukung kelancaran kegiatan distribusi logistik dan transportasi nasional.
ADVERTISEMENT
Menurutnya hal itu membuat pelabuhan domestik tidak mengalami kongesti seperti yang terjadi di luar negeri dan ekonomi nasional mengalami pemulihan. Selain itu ada ketersediaan armada nasional yang tidak perlu melakukan blank sailling seperti halnya MLO. Sehingga di saat pemulihan ekonomi, owner dan operator pelayaran peti kemas domestik masih dapat mencukupi ketersediaan peti kemas dan kapal dalam negeri.
"Kelancaran distribusi logistik dengan dukungan operator pelayaran peti kemas domestik ini perlu kita jaga terus untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," ungkap Carmelita.
Carmelita menuturkan PON di Papua belum lama ini juga membuat sedikit banyak perubahan pola kontainer. Setelah sebelumnya banyak pabrik yang tutup, kini produksi sudah mulai kembali dan menuju normal kembali.
Untuk itu, Carmelita menilai tidak perlu ada penambahan kontainer kembali karena pelayaran nasional tidak akan membiarkan kekosongan kapal yang akan memuat kargo.
ADVERTISEMENT
Saat ini pelayaran kontainer domestik justru mengkonversi kapalnya menjadi lebih kecil. Misalnya, yang tadinya satu kapal 3.000 Teus, kini menjadi dua unit kapal dengan ukuran 1.500 Teus.
Carmelita menjelaskan penggunaan kapal lebih kecil karena penggunaan kapal besar juga tidak ada kargo yang terisi maksimal.
Adapun adanya penyesuaian tarif domestik masih di level wajar tidak seekstrim di internasional.
“Semua ini hanya sementara jadi jangan khawatir kekurangan kapal, karena ini hanya dampak pandemi. Secepatnya akan kembali ke normal,” tutur Carmelita.