Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Seni Memahat Alas Kaki di Pusat Bisnis Sepatu
23 Januari 2017 14:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
ADVERTISEMENT
“Art itu tercipta di sol,” kata Sanufiansyah Satjakusuma, penanggung jawab Adorable Projects Custom, saat berbincang santai dengan kumparan, Rabu (18/1).
ADVERTISEMENT
Adorable Projects Custom ialah bisnis sepatu custom online, anak perusahaan Adorable Projects Indonesia besutan pasangan suami istri Ira Hanira dan Fahmi yang dibangun pada 2012 --empat tahun setelah perusahaan induknya berdiri.
Pada pusat bisnis sepatu itu, Sanu bercerita, terdapat sol atau alas sepatu. Sol ialah bagian terpenting dan tersulit dari keseluruhan proses pembuatan sepatu.
Tak main-main, seni membuat sepatu, teristimewa sepatu custom, ada pada sol.
Pengrajin harus merancang sol berbeda untuk tiap pasang sepatu. Pada sepatu Adorable Projects Custom yang dibuat oleh tangan, proses pengeleman misalnya harus ekstra hati-hati.
Dalam hal ini, tukang sol berada pada posisi paling menentukan untuk memutuskan apakah suatu sepatu layak atau tidak, nyaman atau tidak.
ADVERTISEMENT
Pada bagian sol, pengerjaan paling lama memakan waktu. Prosesnya sekitar 3-4 hari, bahkan seminggu.
Masalah Adorable ada di sini, sebab para pengrajin sepatu mereka, terutama pengrajin sol, kini memasuki masa senja. Rata-rata mereka berumur 60 tahun.
Pengrajin sepatu tentu saja jadi jantung bisnis sepatu. Apalagi Adorable bergerak di industri sepatu custom yang dibuat tangan, bukan sepatu pabrikan yang diproduksi massal.
Dulu ketika memulai bisnis sepatu custom pun, Adorable mesti bersusah payah mencari pengrajin sepatu. Sebab pengrajin harus orang pilihan, yang punya kemahiran di atas pengrajin sepatu biasa.
“Skill mereka harus lebih. Mereka yang mengerjakan order banyak dengan yang mengerjakan order satuan, beda skill-nya. Agak susah juga mencari pengrajin custom,” Sanu.
ADVERTISEMENT
Ini pula yang membuat Adorable masih mempekerjakan para pengrajin tuanya.
Mereka, para pengrajin yang mungkin bisa menikmati masa tua dengan meminum secangkir teh pada sore hari, akhirnya sehari-hari masih berkawan dengan lem dan sol.
Persoalan yang dihadapi Adorable mungkin biasa terjadi di banyak industri. Umumnya, tak ada bisnis yang mengalir mulus layaknya air mengalur dari hulu ke hilir.
Pun, kadang aliran air saja tak lancar. Begitu pula sebuah bisnis. Ada waktunya naik, turun, atau stagnan alias tidak tumbuh sama sekali.
Sewaktu baru berdiri lima tahun lalu, Adorable Projects Custom berjuang untuk meraih kepercayaan konsumen. Pembeli kerap sulit percaya karena maraknya kasus penipuan pada bisnis online.
“Banyak barang yang enggak sesuai sama sebelumnya (yang ditawarkan di online shop). Jadi mungkin customer ragu dan takut dengan apa yang pernah mereka alami,” ujar Sanu.
ADVERTISEMENT
Maka untuk mengatasinya, Adorable perlahan berupaya mengambil hati konsumen dengan memberikan pelayanan sebaik mungkin. Saat ini Adorable memiliki 30 customer service (CS) yang tersebar di Indonesia. Sementara untuk produk custom, Adorable menyiapkan 3 orang CS.
CS jadi penting karena mereka berperan sebagai jembatan yang menghubungkan customer dengan designer. Melalui CS, keinginan pembeli dikomunikasikan kepada perancang untuk diwujudkan menjadi produk yang diinginkan konsumen.
Untuk memesan sepatu custom, pembeli tinggal menghubungi CS Adorable melalui instant messenger seperti WhatsApp, LINE, dan Blackberry Messanger. CS kemudian akan meminta beberapa detail kaki pembeli, dan menanyakan apakah pembeli memiliki desain sendiri sebagai sampel.
Jika pembeli telah memberikan contoh desainnya, CS akan berkonsultasi kepada pembuat pola, apakah rancangan tersebut bisa dibuat atau tidak. Selanjutnya, CS memberitahukan kepada pembeli hasil diskusinya dengan pembuat pola soal sepatu idaman terkait.
ADVERTISEMENT
Selain menambah armada CS, Adorable mempercantik tampilan akun media sosialnya dengan sentuhan desain warna pastel. Nuansa pastel diyakini dapat membantu menumbuhkan rasa percaya calon pembeli kepada mereka.
Kembali ke soal pengrajin sol di Adorable yang terbatas dan kebanyakan sudah uzur, perusahaan yang berbasis di Cimahi Bandung itu berusaha menyiasatinya dengan melakukan regenerasi.
Mereka bekerja sama dengan anak-anak muda usia 23-24 tahun di Bandung untuk memberikan pelatihan pembuatan sepatu.
“Kami didik agar ada regenerasi,” kata Sanu.
Di sisi lain, Adorable tak lupa membalas jasa pengrajin veterannya.
“Kami enggak melupakan pengrajin lama yang berumur. Mereka biasanya kami jadikan vendor Adorable Project. Jadi mereka kami beri modal untuk membuka bengkel sendiri dan mereka support Adorable. Sebab kalau kami ngandelin orang lain, banyak kecewanya,” ucap Sanu.
ADVERTISEMENT
Berbagai rintangan yang dihadapi Adorable nyatanya membuat bisnis mereka lebih kuat dan makin gila dalam berkreasi.
Di tengah ketatnya kompetisi, Adorable menawarkan super service, yakni pelayanan khusus untuk membuat sepatu custom secara kilat
Untuk jenis pelayanan tersebut, Sanu sendiri yang turun langsung ke pembeli. Ia telah melayani 50 pembeli dalam dua tahun terakhir.
November tahun lalu misal, seorang pembeli dari Jakarta memesan sepatu custom pada hari Rabu. Ia menggunakan jasa super service. Adorable harus sudah mengantarkan sepatu itu ke Jakarta tiga hari kemudian, yakni Sabtu.
Pada bulan yang sama, Adorable menerima pesanan dari desainer busana terkenal untuk acara Jakarta Fashion Week 2016.
“Dia mesen hari Senin. Dia bilang, ‘Gue mau buat sepatu, bahan dari Adorable, motifnya dari gue.’ Sepatunya harus sudah jadi hari Kamis, dan itu jumlahnya 10 pasang. Gilanya, Rabu pagi motifnya baru kami terima. Ya udah kami kebut sehari dari pagi sampai jam 11 malam. Besok paginya langsung dikirim ke Jakarta,” kata Sanu.
ADVERTISEMENT
Berbagai kesulitan dan hambatan yang pernah dialami Adorable diyakini Sanu akan membuat mereka kuat dalam membangun bisnis Adorable.
Seperti dikatakan filsuf Denmark Søren Kierkegaard, “Life is not a problem to be solved, but a reality to be experienced.”
Jangan lewatkan juga kisah berikut