Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Sentra Barang Branded Taman Puring, Menolak Mati Meski Ditelan Sepi
17 April 2025 18:23 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Sorak para pedagang bertabrakan dengan alunan musik memberi kesan hiruk suasana Pasar Taman Puring. Kala kumparan menyambangi pusat barang branded di bilangan Jakarta Selatan ini, Kamis sore (17/4), tampak masih ramai pedagang yang berjualan.
ADVERTISEMENT
Namun semakin masuk ke dalam, suasana hiruk di awal mulai tergantikan sepi. Pasar yang sudah ada tahun 1960-an ini kian sunyi dari aktivitas jual beli. Saking sepinya pembeli, kamu bakal disambut teriakan lebih dari satu pedagang saat masuk ke dalam pasar ini.
Menurut penuturan salah satu pedagang, Pasar Taman Puring hampir menemukan 'ajalnya'. Dari yang ia ingat, sudah satu tahun ke belakang ia merasakan sepi pembeli.
"Udah lama sepi, setahun ini sepi ya begini. Orang lebih suka belanja dari rumah," cerita Heru.
Pasar ini dulunya dicap sebagai sentranya barang branded tapi murah. Setidaknya begitu pengakuan sejumlah pedagang.
kumparan menemui sejumlah pedagang yang sudah berjualan selama puluhan tahun. Muncul pertanyaan mengapa mereka tak menutup saja lapaknya di pasar ini. Sebagian menjawab, sudah berjualan turun-temurun.
ADVERTISEMENT
"Dari dulu dari (tahun) 2000-an awal udah di sini dagang, nggak mau nutup emang, turun-temurun di sini (Pasar Taman Puring)," lanjutnya.
kumparan kembali berkeliling pasar satu ini. Dari segi penampilan, Taman Puring tampak cukup berbeda dari kebanyakan pasar. Arsitektur bangunan menyerupai balairung.
Sementara dari segi isi, tak jauh berbeda. Menyediakan berbagai kebutuhan fesyen seperti baju, baju olahraga, celana, jaket, bermacam-macam sepatu branded, tas, jam tangan, parfum, aksesoris, hingga audio mobil dan onderdil.
Nyaris semua sektor perbelanjaan terpantau buka. kumparan menghitung hanya 3 sampai 5 toko yang terlihat tutup, itu pun ada salah satu toko sudah tak berdagang lagi.
Pengunjung yang menyambangi sentra barang branded ini, sebagian besar muda-mudi dengan baju distro ala anak 'Jaksel'. Mereka banyak bertanya dan diakhiri negosiasi harga yang masuk di kantong anak muda. Tak jarang pula, ibu-ibu juga ikut mengunjungi pasar ini, tepatnya di sektor penjual tas dan aksesoris ikat pinggang.
ADVERTISEMENT
Iwan, penjual sepatu di Pasar Taman Puring, mengatakan ia tetap berdagang dengan caranya. Menyambut orang yang lalu-lalang di depan lapaknya, dengan teriakan khas yang diharapkan memantik pengunjung.
"Harganya lagi miring yuk mas, liat dulu boleh coba, dipegang cocok ini, kualitas oke. Mari, mas," tawar Iwan ke setiap pengunjung.
Dia menjual sepatu dengan berbagai merek terkenal, harga yang dijual pun bervariasi, dimulai dari angka Rp 499.000 hingga ada yang Rp 1.900.000. Katanya, sepatu kasual dan formal lebih banyak dibeli, dibanding sepatu olahraga.
Menyoal Pasar Taman Puring yang telanjur sepi, Iwan menyebut telah dirasakan sejak 2024. Kata dia, ada pengunjung setiap harinya tetapi tidak terlalu mengerek perekonomian di pasar itu.
"Paling rame Lebaran itu dah pasti, ya Natal, hari-hari besar masih rame kita. Kalo kayak gini ya kadang sepi, kalo lagi weekend kadang rame tapi nggak rame banget," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, omzet yang didapat lapak Iwan pun semakin tergerus. Di mana, penurunannya mencapai puluhan juta atau 3 kali lipat dari sebelum tahun 2024. Meski begitu, Iwan tak menyebut secara rinci berapa nominalnya.
Pedagang Belum Akrab dengan Platform Online
"Puluhan juta (penurunannya), mungkin gara-gara ada online juga ya jadi kita yang di toko menurun," imbuh Iwan.
Dia bilang, lapaknya tak ada pemesanan via e-commerce. Namun ia membuka pesanan lewat aplikasi WhatsApp saja, yang bisa diantar langsung oleh rekanannya jika alamat masih di daerah Jakarta Selatan.
Ade, penjual tas dan aksesoris fesyen lainnya, mengaku ia merasakan sentra ini sudah sepi sejak bulan November 2024. Lapaknya ikut terdampak sepi dibuktikan lewat omzet per bulannya.
ADVERTISEMENT
Biasanya, Ade bisa mencetak omzet Rp 50-70 juta per bulan, tapi sekarang dia hanya bisa mengumpulkan omzet sekitar Rp 30 juta. Tas paling banyak dibeli adalah tas pendukung fesyen untuk perempuan dan tas kasual.
Untuk tas di lapaknya, dibuka mulai dari Rp 350.000 untuk tas kasual pria. Paling mahal di kisaran Rp 2 juta khusus tas wanita.
"Biasanya Rp 70 juta mah tembus, sekarang udah beda, kita di toko aja sekarang Rp 30 juta kali cuman megang (omzet)," ujar Ade ketika kumparan datang ke lapaknya.
Berbeda dengan Iwan, Ade tetap membangun lapaknya di aplikasi e-commerce. Kata dia, penjualan lewat pesanan online jauh lebih efektif dan bisa dikerjakan di rumahnya tanpa harus membuka toko fisik.
ADVERTISEMENT
Sekarang, perlahan, Ade sudah bisa menutup penurunan omzetnya yang tak bisa dicapai jika hanya mengandalkan toko fisik. "Dunia berubah sih, kita kan nggak bisa idealis terus, harus berubah," pungkas dia.
Pengunjung bernama Beryl (24) menuturkan, telah menjadi hobi berkunjung dan membeli barang branded di Pasar Taman Puring ini. Barang yang disukai Beryl adalah sepatu dan tas wanita untuk mendukung fesyennya.
"Sekarang beli tas dulu, emang biasanya udah langganan di Tampur beli apa-apa pasti di sini. Kayaknya nanti beli sepatu lagi," tutur Beryl dengan nada ceria.