Sepanjang 2020, Laba Bersih BCA Turun 5 Persen Jadi Rp 27,1 Triliun

8 Februari 2021 16:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja bersama President Chief Operating Officer JCB international Kimihisa Imada saat meluncurkan kartu kredit BCA-JCB black. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja bersama President Chief Operating Officer JCB international Kimihisa Imada saat meluncurkan kartu kredit BCA-JCB black. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan laba bersih Rp 27,1 triliun sepanjang 2020. Perolehan laba ini turun 5 persen dibandingkan laba bersih tahunan 2019 sebesar Rp 28,6 triliun.
ADVERTISEMENT
Adapun pendapatan bunga bersih di 2020 naik 7,3 persen secara tahunan menjadi Rp 54,5 triliun. Di sisi lain, pendapatan non-bunga menurun tipis 0,5 persen menjadi Rp 20,2 triliun. Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp 74,8 triliun, atau meningkat hingga 5,1 persen.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, penurunan laba sepanjang tahun lalu terjadi karena perusahaan meningkatkan biaya pencadangan yang lebih tinggi untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset di masa pandemi. BCA membukukan biaya pencadangan sebesar Rp 11,6 triliun atau naik 152,3 persen secara tahunan.
"Secara keseluruhan, laba bersih tercatat sebesar Rp 27,1 triliun, menurun 5 persen dibandingkan laba bersih tahun 2019 yang sebesar Rp 28,6 triliun," kata dia dalam konferensi pers paparan Kinerja BCA 2020, Senin (8/2).
ADVERTISEMENT
Jahja mengatakan, beban operasional tercatat sebesar Rp 29,3 triliun atau 3,1 persen lebih rendah dari 2019. Penyebabnya karena terhambatnya sebagian kegiatan operasional di saat pandemi. Oleh karena itu, pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) meningkat hingga 11,2 persen menjadi Rp 45,4 triliun pada tahun lalu, sehingga dapat menjadi penyangga yang memadai untuk mengantisipasi kebutuhan biaya pencadangan.
Analyst Meeting Bank BCA Periode Tahun 2019 di Hotel Kempinski, Jakarta (20/2). Foto: Abdul Latif/kumparan
Sementara itu, rata-rata kredit tumbuh 4,7 persen secara tahunan, sedangkan total fasilitas kredit untuk bisnis meningkat 5 persen. Akan tetapi, karena adanya pelemahan aktivitas bisnis, maka fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga per akhir Desember 2020 total kredit BCA turun 2,1 persen menjadi Rp 575,6 triliun.
"Dengan demikian, secara konsolidasi total kredit tercatat sebesar Rp 588,7 triliun atau melemah 2,5 persen," terang dia.
ADVERTISEMENT
Dari sisi pembiayaan, kredit korporasi meningkat hingga 7,7 persen menjadi Rp 255,1 triliun sejalan dengan semangat BCA membantu menggerakkan roda perekonomian nasional di tengah pandemi. Sementara itu, kredit komersial dan UKM menurun 7,9 persen menjadi Rp 186,8 triliun.
Pada portofolio kredit konsumer, KPR turun 3,7 persen menjadi Rp 90,2 triliun, KKB terkontraksi 22,6 persen menjadi Rp 36,9 triliun, dan saldo outstanding kartu kredit turun 20,6 persen menjadi Rp 11,2 triliun. Secara total, kredit konsumer terkontraksi 10,8 persen menjadi Rp 141,2 triliun.
Menurut dia, penurunan outstanding pada segmen konsumer tersebut disebabkan oleh tingkat pelunasan (repayment) yang lebih tinggi dibandingkan pemberian fasilitas kredit baru. Dari total portofolio kredit, sekitar 21,6 persen atau Rp 127,2 triliun merupakan portofolio kredit keuangan berkelanjutan dalam rangka mendukung implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG).
ADVERTISEMENT
Hingga akhir Desember 2020, BCA membukukan restrukturisasi kredit sebesar Rp 104,2 triliun atau sekitar 18 persen dari total kredit, yang berasal dari sekitar 100.000 nasabah.
“Kami mengapresiasi respons cepat regulator dalam merelaksasi kebijakan restrukturisasi untuk membantu perbankan dan nasabah melewati masa-masa sulit. BCA senantiasa berada di sisi nasabah dalam menghadapi tantangan perekonomian ini, termasuk dengan merestrukturisasi kreditnya sejak awal pandemi," ujar Jahja.
Meskipun terdapat berbagai tantangan di tahun lalu, Jahja mengatakan rasio keuangan BCA tetap berada di posisi yang kokoh dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat sebesar 25,8 persen, lebih tinggi dari ketetapan regulator, dan loan to deposit ratio (LDR) tetap terjaga pada tingkat yang sehat yakni sebesar 65,8 persen.
ADVERTISEMENT
Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) terjaga pada tingkat yang bisa ditoleransi sebesar 1,8 persen, dibandingkan 2019 yang sebesar 1,3 persen, didukung oleh relaksasi kebijakan restrukturisasi. Normalisasi restrukturisasi kredit akan menjadi fokus BCA pada tahun 2021.
Sementara rasio pengembalian terhadap aset (return on asset/ROA) tercatat sebesar 3,3 persen, dan rasio pengembalian terhadap ekuitas (return on equity/ROE) sebesar 16,5 persen pada 2020.
Menurut dia, segala tantangan di tahun lalu telah membuktikan pentingnya fokus dan strategi perbankan untuk mengembangkan platform digital, yang mana secara khusus telah membuat BCA siap menghadapi kondisi yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19, termasuk dampaknya pada pembatasan sosial dan mobilitas.
"Perbankan transaksi yang merupakan lini bisnis utama BCA, justru memperoleh perhatian yang lebih besar dari nasabah dan pemangku kepentingan lainnya. Kami mempelajari wawasan baru serta mendapatkan pengalaman berharga untuk melayani nasabah dengan lebih baik lagi,” ungkap Jahja.
ADVERTISEMENT