Seperti Jakarta, Pekalongan dan Semarang dalam Ancaman Penurunan Permukaan Tanah

22 Februari 2023 17:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dengan naiknya permukaan laut dan turunnya tanah pantai utara Jakarta, warga Muara Baru dipaksa akrab dengan banjir. Selain Muara Baru, Muara Angke juga sudah rutin diterjang rob.  Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dengan naiknya permukaan laut dan turunnya tanah pantai utara Jakarta, warga Muara Baru dipaksa akrab dengan banjir. Selain Muara Baru, Muara Angke juga sudah rutin diterjang rob. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengungkapkan penurunan permukaan tanah di DKI Jakarta telah mencapai 12 hingga 18 sentimeter (cm) per tahun. Ini diakibatkan penggunaan berlebihan atau over extraction air tanah oleh masyarakat Jakarta.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi permasalahan air bersih di Jakarta, saat ini pemerintah tengah menjalankan tiga proyek, yakni proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jatiluhur, SPAM Juanda yang akan melayani pemenuhan air bersih 2.000 liter per detik, dan Karian Serpong yang ditargetkan dapat memenuhi 3.000 liter per detik.
Menurut Basuki, ketiga proyek ini adalah upaya pemerintah menghentikan penggunaan air tanah di Jakarta pada 2030 mendatang. Itu menjadi satu-satunya cara untuk menghentikan penurunan tanah.
Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja mengatakan, selain Jakarta, wilayah yang dibayangi ancaman serupa adalah Semarang dan Pekalongan. Endra mengatakan, penduduk yang padat menjadikan wilayah di Pulau Jawa paling banyak mengalami penurunan air tanah.
“Misalkan di Pantura Jawa itu di Semarang, Pekalongan gitu. Itu kan untuk yang immediate responsnya dengan tanggul pantai, nah itu kita upayakan dulu agar tidak masuk yang dari laut. Dominan di Pulau Jawa karena padat penduduknya kan di Pulau Jawa,” kata Endra saat dihubungi kumparan, Rabu (22/2).
ADVERTISEMENT
Endra mengatakan, Kementerian PUPR tengah menjalankan proyek Sistem Air Minum (SPAM) di DKI Jakarta dan Semarang yang ditargetkan selesai pada 2030 mendatang.
Ditambah juga dengan membangun tanggul, saluran, dan pompa untuk mengatasi banjir yang kerap terjadi di Semarang. Endra mengatakan proyek infrastruktur air ini juga sebagai upaya agar permukaan air laut tidak masuk ke darat.
Ia menegaskan proyek SPAM di Semarang akan lebih cepat dibandingkan di Jakarta. Hal ini lantaran permasalahan air bersih di Semarang tidak seberat di Jakarta.
“Sekarang kan juga ada spamnya, Semarang Barat kan dibikin juga nambah cakupan juga itu. Semarang barat sama itu kira-kira 2030 selesai, malah lebih cepat karena semarang enggak seberat Jakarta,” ujar Endra.
Wali Kota Semarang meninjau project SPAM Semarang Barat. Foto: Dok. Pemkot Semarang

Proyek SPAM Dibangun Bersama Pemprov dan Swasta

Tiga proyek pembangunan Sistem Penyaluran Air Bersih yang mencakup 33 kilometer wilayah di DKI ini nantinya dijalankan bersama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam jatah proyek ini, PUPR akan membangun 11 kilometer SPAM dan 22 kilometer Pemprov DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
Selain PUPR dan Pemprov DKI, pihak swasta juga akan terlibat dalam proyek pembangunan SPAM tersebut yang mencakup wilayah properti swasta.
“Itu dikerjakan sama-sama oleh pusat, ada provinsi, ada swasta juga beberapa ada di propertinya swasta, ada perumahan-perumahan juga. Mungkin yang jadi prioritas PUPR 11 kilometer dan pemprovnya 22 kilometer,” tutur Endra.
Endra menyebut 3 proyek SPAM yang tengah dibangun di Jatiluhur, Karian, dan Juanda ini akan menambah pemenuhan air bersih 10 ribu liter per detik. Jumlah tersebut terbagi di dua wilayah, yakni 5 ribu liter di wilayah Timur dan 5 ribu di wilayah Barat.
Proyek SPAM ini harus rampung pada 2030 mendatang. Sebab jika tak selesai sesuai target, permukaan air tanah di DKI Jakarta akan terus menurun. Target menghentikan penggunaan air tanah di 2030 tak tercapai.
ADVERTISEMENT
“Memang targetnya itu kan 2030 selesai karena kalau enggak ya Jakarta ini akan terus turun permukaan tanahnya. Kan kita terus monitor beberapa titik di Jakarta dari Muara Angke, Ancol, di Tanjung Priok, Pluit itu kita monitor terus,” ujar Endra.
PT Air Bersih Jakarta (ABJ) baru saja menandatangani perjanjian fasilitas sindikasi kredit dengan lembaga perbankan senilai Rp 8,87 triliun untuk proyek pembangunan penyediaan air bersih DKI Jakarta. Pendanaan proyek fase pertama ini akan dialokasikan untuk pembangunan 2.500 kilometer pipa dan membangun 350 ribu sambungan rumah.