Serapan Bauksit Masih Minim, Cuma 28 Persen dari Total Produksi 2022

25 Februari 2023 23:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tambang bauksit Antam di Tayan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tambang bauksit Antam di Tayan. Foto: Michael Agustinus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah berencana menerapkan larangan ekspor bijih bauksit pada Juni 2023. Saat ini, serapan bijih bauksit dalam negeri masih belum bisa mencukupi seluruh kapasitas produksi.
ADVERTISEMENT
Staf Khusus Menteri ESDM, Iwandy Arif, menjelaskan bahwa pada tahun 2022 lalu produksi bijih bauksit mencapai 27,2 juta ton, sementara yang terserap 7,8 juta ton. Artinya, hanya 28 persen yang terserap dalam negeri.
"Dari 27,7 juta ton bauksit, berasal dari 50 IUP (izin usaha pertambangan). IUP itu belum tentu punya smelter. 7,8 juta ton diserap oleh smelter yang ada," kata Iwandy pada saat ditemui di Wisma ALDC PT Antam, Bogor, Sabtu (25/2).
Iwandy Arif mengatakan saat ini terdapat 8 pabrik pemurnian bauksit yang masih dalam proses pembangunan. Namun saat dicek langsung ke lapangan, belum terlihat progres signifikan bahkan dia mengatakan pembangunannya masih berupa tanah.
Meski begitu, dia menegaskan keputusan pemerintah untuk mulai melakukan larangan ekspor bijih bauksit pada Juni 2023 nanti sudah final, terlepas dari fakta bahwa industri dalam negeri belum siap menyerap semua produksi.
ADVERTISEMENT
"Itu konsekuensi bisnis. Jadi hilirisasi ditekankan oleh presiden kita berkali-kali. Kalau itu semua terwujud bisa melompat ke negara maju, masyarakatnya bisa berkembang," ujarnya.
Lebih lanjut, Iwandy menjelaskan kekayaan bauksit yang dimiliki Indonesia. Indonesia memiliki sumber daya bauksit mencapai 6,6 miliar ton, cadangan bauksit mencapai 3,2 miliar ton. Kekayaan sumber daya alam ini membuat Indonesia menjadi produsen terbesar ke-6 di dunia.
Dengan kapasitas produksi saat ini, besarnya sumber daya alam bauksit di Indonesia itu bahkan akan tersedia hingga ratusan tahun ke depan.
"Ketahanan cadangannya masih lama, 240 tahun lagi kalau dengan tingkat produksi yang sekarang," pungkasnya.