Serapan Tembaga Terbatas, Pengusaha Tambang Terancam Setop Produksi

14 Januari 2023 20:08 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peleburan tembaga di PT Smelting Indonesia. Foto: Dok. PT Smelting Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Peleburan tembaga di PT Smelting Indonesia. Foto: Dok. PT Smelting Indonesia
ADVERTISEMENT
Seiring dengan berlakunya larangan ekspor tembaga tahun ini, pemerintah dinilai harus memaksimalkan penyerapan konsentrat tembaga di industri dalam negeri, terutama di pabrik pengolahan mineral atau smelter.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli, mengatakan total produksi konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) sebesar 3,1 juta ton per tahun. Lalu produksi PT Amman Mineral Nusa Tenggara (Amman) sebesar 0,9 juta ton per tahun.
Sehingga, menurut Rizal, saat ini setidaknya ada 3 juta ton konsentrat tembaga yang belum terserap, dan diperkirakan sekitar 1,5 juta ton tembaga belum bisa diolah di dalam negeri setelah larangan ekspor berlaku di Juni 2023.
Hal ini lantaran baru ada satu smelter tembaga yang beroperasi di Indonesia, yakni PT Smelting Gresik yang menyerap 1 juta ton konsentrat tembaga produksi PTFI per tahun. Masih ada dua smelter, milik PTFI dan PT Amman, ditargetkan baru beroperasi di tahun 2024.
ADVERTISEMENT
"Produk tersebut akan menumpuk di gudang sampai batas maksimum yang bisa tertampung, setelah itu konsekuensinya (perusahaan tambang) akan berhenti produksi sampai selesainya pembangunan pabrik/smelter dimaksud," katanya kepada kumparan, Sabtu (14/1).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif (kedua dari kanan) didampingi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas saat melakukan kunjungan kerja ke proyek smelter baru PTFI, di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik. Foto: Dok. PTFI
Meski begitu, Rizal berkata permintaan terhadap tembaga diprediksi akan tetap tinggi karena pengembangan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Hanya saja, stok konsentrat tembaga akan menumpuk di gudang dan mengganggu produksi.
"Kalau tidak ada penjualan, penambang akan mengalami kekurangan cashflow (arus kas) tentunya dan mempengaruhi likuiditas keuangan. Penambang terancam tidak bisa produksi karena gudang penuh," lanjutnya.
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Rachmat Makkasau, memproyeksikan produksi katoda tembaga di Indonesia akan lebih besar dari kebutuhan di dalam negeri, alias surplus tembaga mulai tahun 2025.
ADVERTISEMENT
Rachmat menuturkan, kondisi yang terjadi di tanah air akan sangat berbeda dari negara-negara lain di dunia yang akan mengalami shortage atau pasokan (supply) tembaga yang lebih sedikit daripada kebutuhan (demand).
"Kebalikan sebenarnya terjadi di Indonesia, untuk copper kita kelebihan, ini jadi peluang bagi kita. Kita akan produksi sekitar 1,2 juta ton katoda tembaga di 2025 ke atas, sedangkan kebutuhan dalam negeri hanya 25-30 persen," ungkapnya saat E2S Outlook Sektor ESDM 2023, Selasa (13/12).
Pasokan tembaga dunia akan seret sebab meningkatnya permintaan untuk komponen EV. Menurut dia, kebutuhan tembaga naik 3-4 persen per tahun namun tidak disertai perkembangan produksi, sehingga cadangan tembaga dunia mulai tahun 2028 diprediksi lebih sedikit dari kebutuhan dunia.
ADVERTISEMENT
Walau ada ancaman krisis tembaga dunia, Rachmat memastikan pasokan tembaga di Indonesia masih sangat aman bahkan hingga tahun 2039. Hal ini harus dimanfaatkan industri hilirisasi tembaga di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah produk.
"Kalau di luar jadi isu supply dan demand copper, di Indonesia kita surplus, bahkan jadi peluang ini harus manfaatkan pemerintah dan rekan-rekan yang tertarik di pengembangan downstream tembaga," pungkasnya.