Setelah Anjlok, Rupiah Pelan-pelan Menguat ke Rp 15.893 per Dolar AS

9 Agustus 2024 7:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah kembali menguat 141,5 poin (0,88 persen) ke Rp 15.893 per dolar AS pada Kamis (8/8) dan meninggalkan posisi Rp 16 ribuan per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Pada pukul 09:41 WIB hari Kamis, rupiah naik 0,41 persen atau 66,5 poin ke posisi Rp 15.968,50 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg. Posisi bergerak dari sebelumnya, di pukul 08:55 WIB, rupiah berada di 16.035 atau menguat 129 poin (0,80 persen).
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan salah satu penyebab indeks dolar melemah karena investor sedang gundah gulana melirik prospek perekonomian AS saat ini, seperti tingkat suku bunga yang masih tinggi serta inflasi yang belum kunjung mereda.
“Sampai ada kekhawatiran bahwa ekonomi AS terancam resesi. Investor pun mengharapkan Federal Reserve atau The Fed untuk segera menurunkan suku bunga acuan,” kata Ibrahim dalam keterangannya, dikutip Jumat (9/8).
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi. Foto: Dok. Pribadi
Investor meningkatkan posisinya pada potensi The Fed untuk menurunkan suku bunga setelah pertemuan Bank Sentral AS secara mendadak pada Rabu pekan lalu. Peran tradisional dolar AS sebagai aset safe-haven selalu kembali muncul jika pasar tetap goyah.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan memonitor dan menjaga stabil nilai tukar rupiah yang cenderung menguat.
Menurut dia, nilai tukar rupiah dipengaruhi bauran kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia (BI) untuk memitigasi situasi global, yaitu suku bunga The Fed masih tinggi dan belum mengalami penyesuaian hingga saat ini.
“Ke depan nilai tukar rupiah akan terus dimonitor dan dijaga stabil dengan kecenderungan menguat, seiring menariknya imbal hasil dari surat berharga kita, inflasi Indonesia yang rendah dan terutama juga indonesia termasuk negara kinerja pertumbuhan ekonominya stabil dan relatif tinggi,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Gedung LPS, Jumat (2/8).