Shell Hengkang, Jokowi Minta Pertamina hingga LPI Buat Konsorsium di Blok Masela

8 September 2022 16:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo mengunjungi Pasar Olilit, Kepulauan Tanimbar sekaligus menyerahkan bantuan sosial kepada para pedagang dan masyarakat penerima manfaat saat kunjungan kerja di Provinsi Maluku, Jumat (2/9/2022). Foto: Dok. Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo mengunjungi Pasar Olilit, Kepulauan Tanimbar sekaligus menyerahkan bantuan sosial kepada para pedagang dan masyarakat penerima manfaat saat kunjungan kerja di Provinsi Maluku, Jumat (2/9/2022). Foto: Dok. Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi memerintahkan PT Pertamina (Persero) dan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) untuk membuat konsorsium di Blok Masela. Perusahaan patungan ini yang nantinya akan menggantikan Shell Upstream Overseas Ltd yang hengkang dari proyek senilai USD 20 miliar atau setara Rp 287 triliun.
ADVERTISEMENT
Shell memiliki 35 persen hak partisipasi di Blok Masela. Setelah hengkang dua tahun lalu, hak tersebut dipegang Inpex Corporation yang selama ini mengempit 65 persen di blok tersebut.
"Kemarin kami ratas dengan presiden. Ada blending antara INA (LPI), Pertamina, dan beberapa perusahaan lain dijajaki untuk membuat konsorsium," kata Menteri Investasi Bahlil Lahadalia saat ditemui usai rapat dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Kamis (8/9).
Untuk perusahaan lain yang berminat di blok ini, kata Bahlil, ada kemungkinan dari pihak asing. Namun dia belum bisa membeberkan karena masih terus dibahas formulasinya, termasuk kemampuan perusahaan dalam konsorsium terhadap teknologi yang dibutuhkan di blok tersebut.
Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengikuti rapat kerja bersama di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/9/2022). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
"Jadi kita mencari (mitra) dalam konsorsium bukan cuma sahamnya (hak partisipasi) tapi juga teknologinya karena Shell yang selama ini punya," ujar dia.
ADVERTISEMENT
Bahlil berjanji akan memberikan kepastian proyek Blok Masela dalam 1-2 bulan ke depan, termasuk potensi molornya jadwal produksi (on stream) yang semula ditargetkan 2027. Pun dengan adanya kemungkinan investasi di ladang gas ini bertambah USD 1,3 miliar karena harus menerapkan teknologi Carbon Capture, Utilizaton, and Storage (CCUS).
"Saya belum bisa pastikan, masih dihitung lagi. Kira-kira 1-2 bulan akan kami sampaikan (kepastiannya)," ujar dia.
Kepergian Shell dari proyek di Kepulauan Tanimbar, Maluku, ini mengejutkan banyak pihak. Sebab pengembangan proyek di Blok Masela merupakan jalan panjang bagi kedua perusahaan.
Prosesnya sudah dimulai sejak 1998 atau lebih dari 20 tahun lalu tapi baru pada 2019 pemerintah Indonesia menandatangani rencana pengembangannya (Plan of Development/POD) oleh Menteri ESDM kala itu, Ignasius Jonan.
Presiden Joko Widodo menerima manajemen perusahaan migas Jepang, INPEX, yang akan mengelola Blok Masela. Foto: Dok. Biro Pers Istana Kepresidenan
Presiden dan CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda memprediksi gas di Blok Masela bisa berproduksi pertama kali pada 2027. Lamanya gas tersebut bakal berproduksi hingga 2055 sebab perusahaan telah mendapatkan perpanjangan kontrak dari Indonesia hingga 20 tahun ke depan.
ADVERTISEMENT