Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Shell Upstream Overseas Ltd, perusahaan hulu minyak dan gas (migas) milik Shell Oil Company asal Belanda, mundur dari proyek pengembangan Lapangan Abadi Blok Masela di Kepulauan Tanimbar, Maluku.
ADVERTISEMENT
Di proyek ini, Shell memegang hak partisipasi (participating interest/PI) 35 persen. Sedangkan 65 persen PI dipegang perusahaan migas asal Jepang, Inpex Corporation, sebagai pengelola blok di lapangan gas raksasa tersebut.
Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Julius Wiratno, mengatakan, industri migas dunia tengah tertekan karena penyebaran virus corona. Investasi di hulu pun terganggu.
"Mungkin (Shell) enggak cukup uang bisa saja ya (di proyek ini), tapi mungkin juga punya prioritas lain, barangkali di tengah sulitnya hulu migas karena pandemi COVID-19 dan juga harga minyak dunia yang rendah," kata dia saat dihubungi kumparan, Senin (6/7).
Julius mengatakan, meski Shell belum resmi 100 persen mundur dari Blok Masela, saat ini proses pengalihan hak partisipasinya di blok tersebut tengah berjalan. Perusahaan tersebut tengah mengundang calon mitra termasuk Inpex untuk membuka data room proyek tersebut dan dilanjutkan dengan diskusi secara bisnis untuk pengalihan kepemilikan Shell di sana.
ADVERTISEMENT
"Ada potensi mundur tapi operatornya tetap Inpex yang mungkin juga akan ambil alih penuh (PI Shell). Kita lihat saja, jalan masih panjang, tapi Proyek Masela harus jalan terus," ujar Julius.
Pengembangan proyek di Blok Masela merupakan jalan panjang bagi kedua perusahaan. Sebab, prosesnya sudah dimulai sejak 1998 atau lebih dari 20 tahun lalu tapi baru pada 2019 pemerintah Indonesia menandatangani rencana pengembangannya (Plan of Development/POD) oleh Menteri ESDM kala itu, Ignasius Jonan.
Presiden dan CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda tahun lalu memprediksi gas di Blok Masela bisa berproduksi pertama kali (onstream) pada 2027. Adapun lamanya gas tersebut bakal berproduksi hingga 2055 sebab perusahaan telah mendapatkan perpanjangan kontrak dari Indonesia hingga 20 tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Untuk keseluruhan biaya yang dibutuhkan di blok ini sekitar USD 18,9 miliar untuk batas bawah dan USD 19,8 miliar untuk batas atas proyek tersebut. Angka ini sudah disepakati oleh Inpex, Shell, dan pemerintah Indonesia.