Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Shopee-Indosat PHK Karyawan, Industri Digital Dinilai Belum Mampu Topang Ekonomi
24 September 2022 20:40 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Industri digital dinilai mampu menopang pertumbuhan ekonomi nasional ke depan. Bahkan andil industri ini dinilai mampu menyamai industri pengolahan atau manufaktur ke depan.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memproyeksi, sektor digital belum mampu mengalahkan industri manufaktur dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan. Apalagi, kontribusi atau andil sektor manufaktur saat ini mencapai 20 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
"Untuk lima sampai sepuluh tahun ke depan sektor informasi dan komunikasi belum mampu mengalahkan porsi industri pengolahan di angka 20 persen terhadap PDB. Tapi tidak dipungkiri size ekonomi digital cukup besar, karena termasuk perusahaan konvensional yang mulai adopsi AI, cloud computing hingga data center untuk meningkatkan kinerja usahanya." ujar Bhima kepada kumparan, Sabtu (24/9).
ADVERTISEMENT
Adapun efisiensi yang saat ini marak terjadi di industri digital atau startup diperkirakan masih akan berlanjut hingga tiga tahun ke depan. Menurut Bhima, ada sejumlah alasan hal ini bisa terjadi.
Pertama, pendanaan di startup mulai selektif dan berkurang karena negara asal investor sedang menghadapi ancaman resesi ekonomi global. Kedua, tingginya inflasi di dalam negeri mulai memunculkan kekhawatiran bisnis atau business to consumer menghadapi penurunan permintaan.
"Misalnya e-commerce paling terpukul dengan risiko perlambatan pertumbuhan transaksi. Ketiga, pola persaingan yang dianggap tidak sehat, yakni banjir promo dan diskon antar pemain hanya membuat loyalitas konsumen berumur pendek," kata dia.
Menurut Bhima, pola konsumen saat ini akan mencari produk dengan harga yang lebih murah. Sehingga, ketika promo berkurang, lanjutnya, konsumen juga akan mengurangi pembelian barang di perusahaan digital, seperti e-commerce.
ADVERTISEMENT
"Keempat, startup yang disebut sebagai 'pandemic darling' karena tingginya permintaan akibat pembatasan sosial mulai meredup seiring pelonggaran mobilitas, masyarakat ternyata kembali transaksi di toko fisik," tambahnya.