Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
PT Gunung Raja Paksi Tbk sebagai perusahaan peleburan dan penggilingan baja (Furnace & Steel Rolling), saat ini tengah berupaya membendung serbuan baja impor di RI.
ADVERTISEMENT
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), impor baja pada Juli 2019 tercatat mengalami kenaikan sebesar 79,43 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi USD 948,1 juta. Sedangkan, nilai impor baja pada Januari hingga Juli 2019 mencapai USD 5,67 miliar, naik 2,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018.
Direktur Utama PT Gunung Raja Paksi Tbk Alouisius Maseimilian mengatakan, pihaknya kini makin menggiatkan sinergi di ekosistem industri baja dalam negeri. Utamanya, untuk mencukupi kebutuhan nasional.
"Antisipasi perusahaan aktif di asosiasi bersinergi dengan teman-teman di industri baja lainnya, untuk mengantisipasi bagaimana kita melakukan suplai terhadap kebutuhan dalam negeri yang akan menahan laju impor," ujar dia ketika ditemui di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (3/9).
Produksi baja nasional memang tumbuh signifikan sebesar 27,3 persen dari 7,8 MT pada 2017 menjadi 10 juta MT pada 2018. Akan tetapi, peningkatan itu belum mampu menopang kebutuhan konsumsi baja nasional yang mencapai 15,08 juta MT pada 2018.
ADVERTISEMENT
Selisih yang cukup besar ini pun, kata dia, akhirnya terpaksa dipenuhi melalui impor dan membuat Indonesia menjadi negara net importir baja terbesar ke-4 di dunia, di bawah Amerika Serikat (AS), Vietnam, dan Thailand.
"Maka sangat diharapkan peran serta pelaku industri baja nasional untuk meningkatkan kapasitas produksi baja sehingga dapat mengurangi ketergantungan baja dari negara-negara eksportir baja seperti Jepang, China, dan Korea Selatan," terang dia.
Perseroan dalam menjalankan usahanya, memproduksi Baja Lembaran dan Baja Gulungan serta turunannya, Baja Profil serta kawat baja dan turunannya dengan kemampuan produksi hingga 2,86 juta MT baja per tahun.
Tak hanya itu, pihaknya juga mengaku terus mendesak pemerintah agar mengetatkan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap baja yang masuk ke RI.
ADVERTISEMENT
"Memperbaiki sertifikasi yang menjadi suatu persyaratan SNI," tegasnya.