Siasat Pala Nusantara, Produk Jam Tangan Kayu Asal Bandung Bertahan dari Pandemi

14 November 2021 6:20 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produk jam tangan kayu merek Pala Nusantara di Kota Bandung, Sabtu (13/11). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Produk jam tangan kayu merek Pala Nusantara di Kota Bandung, Sabtu (13/11). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilham Pinastiko menyambut dengan jabatan tangan dan senyum hangat ketika kumparan menyambangi kantornya yang terletak di Jalan Kaum, Cipaganti, Kota Bandung. Setelah berbincang sebentar, dia lalu mengajak untuk melihat tempat produksi jam tangan berbahan kayu yang jadi andalannya.
ADVERTISEMENT
Letak tempat produksi berada tepat di sebelah kantor utama. Di bagian depan bangunan, terlihat tumpukan kayu jenis sonokeling dan maple ditumpuk rapi. Terlihat pula kertas berisi informasi yang ditempeli di tumpukan kayu itu.
Di bagian dalam bangunan, puluhan pekerja terlihat sibuk dan serius mengerjakan tugasnya masing-masing di sejumlah ruangan. Ada yang sedang mengamplas hingga mengecat.
Dari ruangan yang luasnya tak terlalu besar itu, produk jam tangan kayu yang telah dikirim ke berbagai negara dihasilkan. Meski pengerjaan masih dilakukan secara manual, jam tangan kayu di sana dikerjakan dengan teliti oleh pekerja yang punya keahlian mumpuni dan sudah tersertifikasi.
“Kayu yang datang diamplas, dibentuk, terus disemprot (cat) lalu dirakit,” kata seorang pekerja ketika berbincang, Sabtu (13/11).
ADVERTISEMENT
Pala Nusantara merupakan nama dari produk tersebut. Sebagaimana lazimnya nama, kata Pala tak serta merta disematkan. Ada harapan yang terkandung dari nama itu. Menurut Ilham, Pala merupakan nama buah asal Maluku yang sudah dikenal di berbagai negara sejak ratusan tahun lalu.
Sementara itu, nama Nusantara dimaksudkan untuk menyiarkan pesan ke-Indonesia-an melalui produk yang dihasilkan. Pesan itu disampaikan melalui simbol hingga bentuk visual yang ditampilkan.
Misalnya, ketika pertama kali dirintis, ada tiga produk yang diluncurkan yakni Pala Merah, Pala Biru, dan Pala Cokelat. Suku Toraja diketahui menjadikan warna merah sebagai simbol dari darah yang merepresentasikan kehidupan manusia.
Kemudian, warna biru acapkali diidentikkan dengan Suku Baduy melalui ikat kepala warna biru yang dikenakan. Lalu, warna hijau diidentikkan dengan adat istiadat dalam masyarakat Jawa.
ADVERTISEMENT
“Kita ingin produk kita pun sama seperti Pala, dikenal di seluruh dunia,” tegas Ilham.
Dirintis sejak tahun 2017 lalu, Pala Nusantara menjadi salah satu bisnis yang tak terkena dampak terlalu signifikan akibat pandemi. Jumlah penjualan produk di masa pandemi justru meningkat dengan persentase lebih dari 100 persen.
Pada tahun 2020 misalnya, jumlah produk yang terjual berjumlah 250 hingga 300 buah tiap bulannya. Sementara pada tahun 2021, jumlah produk yang terjual berjumlah 550 hingga 750 buah tiap bulan.
Atas penjualan produk yang meningkat, Pala Nusantara tak melakukan PHK terhadap pekerjanya. Malah, untuk efektivitas kerja, perusahaan itu menambah jumlah pekerja yang mayoritas merupakan warga di sekitar Jalan Cipaganti.
Melihat proses pembuatan jam tangan kayu merek Pala Nusantara di Kota Bandung, Sabtu (13/11). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Kini, total terdapat 40 pekerja yang dipekerjakan di sana. Dengan demikian, tak hanya menjual produk dan memperoleh keuntungan semata, keberadaan Pala Nusantara berdampak positif untuk lingkungan di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
“Kita ada sedikit social enterprise di sini, kita menggunakan lingkungan sekitar yang kena PHK karena Covid dan sebagainya kita panggil dan kita pakai untuk di workshop,” ucap Ilham.
Adapun dampak pandemi yang paling terasa, menurut Ilham, yakni terkait harga jual yang menurun. Jika sebelumnya produk dijual dengan kisaran harga Rp 600 ribu, maka kini dijual dengan harga sekitar Rp 450 ribu. Harga penjualan diturunkan karena disesuaikan dengan harga pasar yang juga sedang menurun akibat pandemi.
Sebagai siasat meningkatkan kembali harga jual produk, Ilham berupaya untuk terus melakukan inovasi atas produk yang dihasilkan. Angka kasus harian pandemi yang sudah mulai menurun diharapkan dapat kembali membuat normal harga jual produknya. Ada sembilan jenis produk yang kini dijual dengan produk unggulannya yakni Pala Natural dan Pala Cemani. Jam tangan yang dihasilkan dapat digunakan oleh pria maupun wanita.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat, Pala Natural memiliki tampilan desain yang minimalis, sederhana, namun elegan. Dari informasi yang dihimpun, warna cokelat yang ditampilkan melalui produk itu diidentikkan dengan warna dari tanah yang dinilai alami. Nuansa kealamian itu pun dicitrakan sebagai cara bertindak dan berpikir orang Jawa yang dikenal rendah hati.
Sementara itu, Pala Cemani berbahan kulit sapi. Tampilan produk itu terkesan garang dengan warna yang didominasi hitam. Hal itu senada dengan kata Cemani yang merupakan ayam jantan dengan warna dominan hitam. Ayam itu dinilai merupakan simbol kekuatan dan kejantanan fauna di Nusantara.
“Kita challenge-nya kita harus punya produk baru dan fitur baru dan kreativitas baru,” kata dia.
Melihat proses pembuatan jam tangan kayu merek Pala Nusantara di Kota Bandung, Sabtu (13/11). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Tak hanya dipesan dan digemari masyarakat di dalam negeri, Pala Nusantara sudah merambah ke berbagai negara seperti Amerika, Jerman, Prancis, hingga Italia. Rata-rata para pemesan jam tangan berada pada rentang usia 20 hingga 35 tahun.
ADVERTISEMENT
Ilham menjamin bahan kayu sonokeling dan maple yang digunakan untuk pembuatan jam tangan merupakan Grade A sehingga diharapkan bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama. Bahan pembuatan jam tangan itu didatangkan penyuplai dari Jakarta hingga Kalimantan.
Ilham menambahkan kayu dipilih sebagai bahan pembuatan jam tangan karena sifatnya yang mudah dibentuk. Selain itu, proses pembuatan yang hanya terdiri dari empat tahapan, membuat jam tangan dapat dikerjakan secara manual menggunakan tenaga manusia.
Limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan jam tangan pun dinilainya ramah lingkungan, berbeda dengan limbah hasil pembuatan produk tekstil dan elektronik. Sebagian besar mesin yang dioperasikan untuk pembuatan jam pun merupakan mesin custom yang dibuat sendiri.
“Kita (ekspor) ke Jepang, Korea, New York, kemudian Paris, Milan, Denmark paling jauh terus kemarin Brunei, Singapura, Thailand, Malaysia,” tutur dia.
ADVERTISEMENT
Terkait pemasaran, meskipun tak membantu dalam bentuk pembiayaan, Ilham mengatakan Bank Indonesia menjadi instansi negara yang punya andil besar dalam memasarkan produk Pala Nusantara hingga dikenal di luar negeri. Dengan bantuan itu, beban biaya pemasaran yang biasanya membutuhkan biaya besar bisa dikurangi. Bantuan memasarkan produk itu pun membuat Pala Nusantara bisa bertahan selama pandemi.
“BI (Bank Indonesia) mendukung dari sisi branding kemudian event yang di mana sebenarnya lebih ke marketing movement, di mana itu part of di industry itu cost yang paling mengeluarkan biaya paling besar, nah itu di-cover sama BI,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Bank Indonesia Jabar Herawanto mengatakan, pandemi yang merebak tak menjadi halangan untuk turut serta membantu mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Terdapat sejumlah kerangka kebijakan dalam pengembangan UMKM yang dilakukan oleh Bank Indonesia di antaranya penguatan kapasitas dan akses pembiayaan hingga korporatisasi. Kerangka kebijakan itu kemudian diaplikasikan melalui kegiatan guna meningkatkan nilai tambah produk dan perluasan akses pasar.
“Berbagai upaya yang dilakukan semakin relevan dengan situasi pandemi yang menuntut kesiapan UMKM dalam melakukan transformasi,” ujar dia melalui keterangannya dalam kegiatan UMKM Jabar Binangkit.
Herawanto mencontohkan kegiatan bantuan pemasaran yang dilakukan oleh Bank Indonesia melalui program yang dinamakan One on One Business. UMKM yang dibina Bank Indonesia dibantu untuk mempromosikan produknya dengan mengikuti pameran di luar negeri bahkan memfasilitasi sertifikasi SNI dan HACCP yang menjadi syarat produk dapat diekspor ke luar negeri. Diharapkan, bantuan yang diberikan dapat membuat UMKM tak mengalami kemunduran akibat pandemi.
ADVERTISEMENT
“Kemudian ada kemitraan dengan agregrator atau off taker serta pemanfaatan resi gudang untuk komoditas ekspor dan derivatif resi gudang untuk membantu petani memperoleh pendanaan,” ucap dia.