Sikap Ketidakpastian Trump Bikin Pengusaha Resah

10 April 2025 10:03 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Donald Trump menunjukkan dokumen yang telah ditanda tangani mengenai tarif impor baru saat "Make America Wealthy Again" di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (2/4/2025). Foto: Brendan Smialowski/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Donald Trump menunjukkan dokumen yang telah ditanda tangani mengenai tarif impor baru saat "Make America Wealthy Again" di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (2/4/2025). Foto: Brendan Smialowski/AFP
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penundaan sementara terhadap sejumlah tarif impor baru yang semula dikenakan pada 75 negara.
ADVERTISEMENT
Kabar ini mendorong lonjakan di pasar saham global, termasuk di Asia dan Indonesia, seiring dengan meredanya kekhawatiran jangka pendek para pelaku pasar.
Namun, di tengah kabar positif tersebut, Trump tetap bersikap keras terhadap China.
Ia malah menaikkan tarif impor untuk Negeri Tirai Bambu dari 104 persen menjadi 125 persen, menambah panas konflik dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia itu.
Mengutip Reuters, perubahan sikap Trump ini terjadi kurang dari 24 jam setelah tarif tinggi baru mulai berlaku pada sebagian besar mitra dagang AS.
Langkah ketidakpastian itu membuat volatilitas pasar keuangan paling intens sejak pandemi COVID-19, yang menghapus triliunan dolar dari kapitalisasi pasar global dan menaikkan imbal hasil obligasi AS.
ADVERTISEMENT
"Saya pikir orang-orang mulai sedikit keluar jalur, mereka mulai marah-marah, Anda tahu," kata Trump kepada wartawan, merujuk pada istilah golf.
Sejak kembali menjabat pada Januari, Trump kerap melontarkan ancaman kebijakan dagang secara tiba-tiba dan kemudian mencabutnya di menit terakhir.
Pendekatan yang inkonsisten ini dinilai membingungkan banyak pemimpin dunia dan menimbulkan keresahan di kalangan pelaku usaha.
Peristiwa hari itu menyoroti betapa tak terduganya arah kebijakan ekonomi AS. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut penarikan tarif sebagai bagian dari strategi untuk mendorong negara-negara lain masuk ke meja perundingan.
Namun, Trump mengakui bahwa gejolak pasar yang terjadi sejak pengumuman tarif pada 2 April turut mempengaruhi keputusannya.
Meskipun akhirnya mengalah dalam kebijakan tarif untuk negara lain, Trump menegaskan akan tetap menekan China, yang merupakan pemasok impor terbesar kedua bagi AS.
ADVERTISEMENT
Bea Masuk 10 Persen Tetap Berlaku
Pabrik Harley-Davidson di Amerika Serikat. Foto: harley-davidson.com
Ia menambahkan bahwa bea masuk menyeluruh sebesar 10 persen terhadap hampir semua impor AS tetap berlaku. Tarif otomotif, baja, dan aluminium juga tidak berubah.
Penangguhan tarif selama 90 hari tersebut pun tidak berlaku untuk Kanada dan Meksiko, yang masih dikenai tarif fentanil sebesar 25 persen jika tidak memenuhi aturan asal-usul sesuai perjanjian USMCA.
"China tidak mungkin mengubah strateginya: bersikap tegas, menyerap tekanan, dan membiarkan Trump bertindak berlebihan. Beijing yakin Trump melihat konsesi sebagai kelemahan, jadi mengalah hanya akan mengundang lebih banyak tekanan," kata Daniel Russel, Wakil Presiden Keamanan dan Diplomasi Internasional di Asia Society Policy Institute.
"Negara-negara lain akan menyambut baik penangguhan eksekusi selama 90 hari โ€” jika itu berlangsung lama โ€” tetapi guncangan hebat dari gerakan zig-zag yang terus-menerus menciptakan lebih banyak ketidakpastian yang dibenci oleh para pelaku bisnis dan pemerintah," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Pasar Saham Melonjak
Ilustrasi Bursa Saham Asia. Foto: Kazuhiro Nogi/AFP
Pasar saham menyambut baik keputusan Trump. Indeks acuan S&P 500 ditutup naik 9,5 persen, imbal hasil obligasi pemerintah AS turun, dan dolar menguat terhadap mata uang safe haven. Di Asia, indeks Nikkei Jepang melonjak hampir 9 persen pada pembukaan Kamis pagi, dan IHSG juga mengalami penguatan.
Namun, analis menilai bahwa lonjakan pasar tersebut belum tentu menandakan perbaikan jangka panjang.
Survei menunjukkan perlambatan investasi bisnis dan pengeluaran rumah tangga karena kekhawatiran terhadap dampak tarif. Survei Reuters/Ipsos bahkan menemukan tiga dari empat warga AS memperkirakan harga barang akan naik dalam beberapa bulan ke depan.
Goldman Sachs menurunkan proyeksi kemungkinan resesi dari 65 persen menjadi 45 persen pasca pengumuman tersebut. Namun, memperingatkan bahwa tarif yang tetap berlaku bisa meningkatkan tarif rata-rata hingga 15 persen.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Bessent menyebut keputusan ini menguntungkan negara-negara yang menahan diri untuk tidak membalas kebijakan AS.
"Ini adalah strateginya selama ini," katanya. "Dan Anda bahkan dapat mengatakan bahwa ia mendorong China ke posisi yang buruk."
Bessent, yang memimpin banyak negosiasi perdagangan internasional AS, enggan menyebutkan berapa lama pembicaraan bersama lebih dari 75 negara akan berlangsung. Trump sendiri mengeklaim bahwa penyelesaian dengan China masih mungkin terjadi.
"China ingin membuat kesepakatan," kata Trump. "Mereka hanya tidak tahu bagaimana cara melakukannya."
Pada hari yang sama sebelum pengumuman, Trump mencoba menenangkan pasar melalui media sosial.
"Tenanglah! Semuanya akan berjalan dengan baik. AS akan menjadi lebih besar dan lebih baik dari sebelumnya!" tulisnya di akun Truth Social. Ia menambahkan: "ini waktu yang tepat untuk membeli!!!โ€
ADVERTISEMENT