Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sinergi Ultra Mikro untuk Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi
1 November 2021 11:26 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Terbentuknya Holding BUMN Ultra Mikro dinilai memberikan harapan baru bagi ekonomi nasional. Holding yang dipimpin Bank Rakyat Indonesia atau BRI dengan anggotanya PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani atau PNM, diharapkan bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT
Sebab, kehadiran Holding BUMN Ultra Mikro tersebut akan memberikan kemudahan akses bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan permodalan. Sehingga jika sektor UMKM bisa tumbuh positif, maka akan turut mengerek geliat ekonomi karena sektor usaha mikro selama ini menjadi tumpuan ketika ekonomi nasional mengalami guncangan.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, program ultra mikro dapat mengembangkan bisnis UMKM melalui kredit usaha. Selain itu, pembentukan holding merupakan salah satu transformasi perusahaan pelat merah memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat, dalam hal ini pelaku usaha ultra mikro.
"Tentu holding UMi saya rasa sebuah keberpihakan yang jelas. Awalnya banyak pihak pesimistis karena mengubah bisnis model. Saya jawab tidak," ujar Erick.
Melalui sinergi tiga BUMN tersebut, Erick mengatakan UMKM setidaknya mendapatkan tiga kemudahan. Pertama, UMKM mendapatkan akses dana lebih mudah karena jaringan pembiayaan makin besar. Kedua, UMKM juga berkesempatan mendapatkan pendamping yang lebih luas. Terakhir, UMKM memiliki aksesibilitas untuk naik kelas.
ADVERTISEMENT
Erick menyebut, krisis saat ini sangat berbeda dengan krisis 1998 karena sektor UMKM dan ultra mikro yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi nasional sangat terdampak. Karena itu, holding ini bentuk dukungan penuh ke sektor ekonomi terbawah.
"Saya harapkan penggabungan BRI, Pegadaian, dan PNM untuk pastikan bisa terjadi keberpihakan bunga lebih murah bagi yang di bawah. Dan kesepakatan kita dengan para dirut agar paling tidak November ini sudah terjadi (penurunan bunga ke ultra mikro)," ujar dia.
Direktur Utama BRI , Sunarso, mengatakan salah satu tujuan dibentuknya holding ini memang memberikan pembiayaan murah kepada nasabah ultra mikro agar usahanya bisa berkembang dan bisa naik kelas. Sehingga sektor tersebut bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Kalau ke nasabah, ya berarti bisa lebih luas dan harga murah karena proses bisnisnya akan lebih efisien, penggunaan digital bersama, bisa layani masyarakat sebanyak mungkin dengan biaya semurah mungkin," kata Sunarso.
Berdasarkan data Kemenkop dan UKM, pada tahun 2019 segmen ultra mikro terdiri dari sekitar 65 juta unit usaha mikro yang mewakili 99 persen dari total jumlah usaha di Indonesia. Segmen mikro dan ultra mikro memiliki peran krusial dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun, Perseroan memperkirakan bahwa dari 45 juta usaha ultra-mikro di Indonesia pada tahun 2019, hanya sekitar 20 juta usaha ultra-mikro yang memperoleh akses pendanaan dari sumber formal seperti bank, BPR, lembaga keuangan lainnya, kredit mikro dan pinjaman berbasis kelompok, gadai dan koperasi.
ADVERTISEMENT
Sekitar 12 juta usaha ultra-mikro lainnya mendapatkan akses pendanaan dari sumber informal seperti pemberi pinjaman dan dari keluarga atau kerabat. Masih terdapat sekitar 14 juta usaha ultra-mikro yang belum memiliki akses pendanaan sama sekali, baik dari sumber formal maupun informal.
Untuk mendukung pengembangan ekosistem ultra mikro, BRI telah merampungkan aksi korporasi rights issue dengan nilai total Rp 95,9 triliun. Sebesar Rp54 triliun di antaranya berupa noncash berbentuk inbreng saham pemerintah di Pegadaian dan PNM. Selebihnya Rp 41 triliun adalah dana tunai dari investor publik. Rights issue BRI ini mengalami oversubscribe sampai 1,53 persen.
Sunarso menjelaskan, dana segar yang digunakan untuk membiayai Holding UMi tersebut akan lebih diprioritaskan untuk pemberdayaan sekitar 14 juta pelaku usaha ultra mikro yang sama sekali belum mendapatkan kucuran dana pengembangan usaha.
ADVERTISEMENT
"Selanjutnya, kami mengembangkan yang sudah dilayani rentenir atau yang pinjam ke kerabat dan lain-lain, untuk dapat dimasukkan ke dalam sistem keuangan yang formal. Saya kira itu dulu yang paling penting yang menjadi prioritas dalam waktu dekat ini," tuturnya menjelaskan.
Sedangkan terkait sebaran penyaluran dan pemberdayaan, pihaknya berkaca dari Kredit Usaha Rakyat (KUR). Menurutnya yang menerima KUR paling banyak adalah di Jawa dan Bali serta sebagian Sumatra. Pihaknya akan melihat kepadatan penduduk dalam satu wilayah dalam melakukan pemberdayaan dan penyaluran kredit.
"Di semua lini akan ada proses digitalisasi sehingga dapat menjangkau seluruh wilayah, mulai dari area perkotaan, sub urban yang juga sudah banyak digital minded, sehingga diharapkan dapat berjalan lebih cepat. Intinya pemerataan tetap kita lakukan dan sasarannya per 100 kepala keluarga berapa yang dapat sentuhan pembiayaan dari lembaga keuangan formal," katanya.
ADVERTISEMENT