Singapura Resesi, Sri Mulyani Beberkan Kondisi Ekonomi Indonesia

15 Juli 2020 19:11 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat penyampaian SPT elektronik di Kantor Dirjen Pajak, Jakarta, Selasa (10/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat penyampaian SPT elektronik di Kantor Dirjen Pajak, Jakarta, Selasa (10/3). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah mewaspadai resesi ekonomi yang terjadi di Singapura. Seluruh mekanisme anggaran pun akan digunakan demi mendorong konsumsi, investasi, maupun ekspor.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, resesi yang terjadi di Singapura disebabkan adanya penguncian atau lockdown pada negara tersebut.
Padahal, perekonomian Negeri Singa itu hanya mengandalkan ekspor, sedangkan negara lain pun melakukan penguncian saat masa pandemi virus corona.
"Maka seluruh kegiatannya juga terhenti. Ditambah environment globalnya juga sangat lemah, maka perekonomian dari Singapura itu kan peranan dari global demand sangat besar, karena ekspornya lebih dari 100 persen, domestic demand-nya enggak bisa substitusi," ujar Sri Mulyani usai rapat Banggar DPR, Rabu (14/7).
Ekonomi Singapura di kuartal II 2020 minus 41,2 persen secara kuartalan (qtq) dan minus 12,6 persen secara tahunan (yoy). Kontraksi tersebut juga jauh lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya yang minus 3,3 persen (qtq) dan minus 0,3 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Pemerintah Singapura sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi selama tahun ini berada di kisaran minus 7 persen hingga minus 4 persen (yoy), penurunan terbesar sepanjang masa negeri tersebut.
Meski demikian, ekonomi Singapura diperkirakan kembali pulih di tahun depan. Pertumbuhan ekonomi ditargetkan mencapai 5 persen di 2021.
Terminal pelabuhan PSA Internasional di Singapura Foto: REUTERS / Edgar Su

Bagaimana Dampak Resesi di Singapura Terhadap Indonesia?

Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 tercatat hanya 2,9 persen, anjlok dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang masih 5,07 persen. BPS mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 merupakan yang terburuk sejak 20 tahun.
Sri Mulyani sebelumnya memproyeksi ekonomi domestik hanya mencapai -0,4 persen hingga tumbuh 1 persen di tahun ini. Hal tersebut karena kontraksi ekonomi akan cukup dalam di kuartal II 2020 akibat pandemi virus corona.
ADVERTISEMENT
Pada kuartal II 2020, Sri Mulyani memproyeksi ekonomi minus 4,3 persen. Kemudian pada kuartal III ekonomi diprediksi minus 1 persen sampai tumbuh 1,2 persen.
Sementara pada kuartal IV tahun ini, ekonomi diproyeksi mulai pulih dan bisa tumbuh antara 1,6 persen hingga 3,2 persen. Sehingga sepanjang tahun diperkirakan pertumbuhan ekonomi maksimal hanya 1 persen.
Adapun suatu negara disebut masuk dalam jurang resesi ketika ekonominya negatif dalam dua kuartal berturut-turut.
Di Indonesia, Sri Mulyani tetap mewaspadai ancaman gelombang resesi. Karena bagaimana pun juga, sektor pembentuk ekonomi Indonesia juga dipengaruhi oleh ekspor. Adapun komponen utamanya adalah konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor.
"Untuk itu kita juga perlu waspadai, bagaimana pun juga, agent of growth kita konsumsi, investasi, ekspor," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pemerintah pun akan menggunakan seluruh mekanisme anggaran, dalam hal ini belanja APBN untuk mendorong konsumsi rumah tangga.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) berbincang dengan Gubernur BI Perry Warjiyo berbincang rapat kerja pengesahan tingkat pertama RAPBN tahun 2020. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Namun menurut dia, APBN tentu tak bisa berjalan sendiri, perlu mendapat katalis dari sektor lainnya, seperti keuangan dan perbankan, dunia usaha, hingga pemerintah daerah.
"Makanya kita gunakan kemarin penempatan dana pemerintah di perbankan, luncurkan kredit penjaminan, sehingga antara bank dan korporasi, dunia usaha, terutama UMKM bisa pulih kembali. Karena itu salah satu darah perekonomian kita yang mestinya bisa jalan lagi," kata Sri Mulyani.
Untuk memberikan stimulus di daerah, Sri Mulyani bilang, pemerintah akan memberikan pinjaman untuk pemda dengan total Rp 15 triliun. Pinjaman ini bisa digunakan kepada daerah-daerah yang Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
"Mereka bisa diberikan instrumen, mereka bisa pinjam dengan suku bunga sangat murah dan mereka bisa pulihkan ekonomi di masing-masing daerah," ujarnya.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.