SKK Migas Identifikasi Tambahan Produksi LPG 1 Juta Ton/Tahun dari 15 Lapangan

29 Oktober 2024 17:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat berbincang bersama media, Selasa (29/10/2024). Foto:  Fariza/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat berbincang bersama media, Selasa (29/10/2024). Foto: Fariza/kumparan
ADVERTISEMENT
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengidentifikasi tambahan produksi bahan baku LPG, Propane (C3) dan Butane (C4), sebanyak 1 juta ton per tahun dari 15 lapangan migas.
ADVERTISEMENT
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan pihaknya sudah memetakan potensi-potensi bahan baku LPG di dalam negeri. Hal ini menyusul arahan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia yang ingin menggencarkan program hilirisasi LPG.
"Kira-kira potensinya satu tahun bisa nambah berapa, kalau kita memperkirakan sekitar 1 juta ton tambahan produksi LPG setahun kalau ini bisa dikembangkan semua," jelasnya saat berbincang bersama media, Selasa (29/10).
SKK Migas mencatat, setidaknya ada 15 lapangan migas yang bisa dioptimalkan untuk produksi LPG, terdiri dari 7 lapangan prioritas alias quick win dan 8 lapangan lainnya. Dwi menyebutkan pengembangannya butuh sekitar 4 tahun.
"(Tambahan 1 juta ton) Ini akan kita jalankan paling enggak ini ada proyeknya kan, nanti ada ada bangun 3-4 tahun ini sudah harus jalan segera," ucap Dwi.
ADVERTISEMENT
Dwi menyebutkan, potensi ini belum dikembangkan hingga kini karena beberapa alasan. Pertama, kurangnya keekonomian produksi LPG di dalam negeri jika dibandingkan impor. Pertamina, sebagai pembeli LPG, menetapkan harga beli yang rendah sehingga kontraktor enggan memproduksi.
"Harga beli di Pertamina yang rendah sehingga orang mau investasi di sini menjadi tidak ekonomis. Ini sekarang oleh pemerintah, Pak Menteri, sudah diminta agar ada perbaikan," ungkapnya.
Dia berharap agar produksi LPG di dalam negeri bisa mensubstitusi impor yang biasanya berasal dari CP Aramco, dengan menetapkan harga yang tidak terlampau jauh namun tetap efisien bagi Pertamina.
Alasan kedua, lanjut Dwi, berkaitan dengan investasi produksi LPG di hulu jika dibandingkan gas pipa juga lebih murah. Dengan demikian, saat ini pemerintah disebut sudah menetapkan regulasi agar harga LPG bisa berkompetisi dengan gas pipa.
ADVERTISEMENT
"Siapa pun yang membangun LPG plant-nya boleh hulu sendiri atau boleh konsep hilir, tetapi harga gasnya tidak lebih rendah dari pada saat dijual sebagai gas pipa," tutur Dwi.
Dengan upaya tersebut, Dwi optimistis para kontraktor alias KKKS tertarik berinvestasi untuk memproduksi C3 dan C4. Dia juga berharap hal ini akan dikembangkan secara agresif secara jangka pendek.
Adapun Kementerian ESDM mencatat produksi LPG di dalam negeri saat ini sekitar 1,9 juta metrik ton setiap tahun, sementara konsumsinya mencapai lebih dari 8 juta metrik ton per tahun.
Dwi mengakui meskipun ada tambahan produksi LPG menjadi 2 juta ton per tahun ini belum bisa menutupi seluruh kebutuhan nasional setiap tahunnya. Maka, dia berharap ada solusi lain yang disiapkan oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Beberapa solusi tersebut yakni mengembangkan produk Compressed Natural Gas (CNG) melalui pipa gas dan Liquified Natural Gas (LNG). Selain itu, terdapat produk substitusi LPG lain seperti gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter (DME).
"Jadi sesungguhnya Indonesia punya potensi mengganti ini semua dengan resource energy yang lain. Jadi mengambil ini (LPG) iya, tetapi mengonversi yang lain from LPG to CNG atau LNG itu kita punya kontribusinya," pungkas Dwi.
Berdasarkan catatan SKK Migas, berikut 15 lapangan migas yang akan dioptimalkan untuk produksi LPG:
7 Lapangan Prioritas dan Quick Win
- Pulau Tabuhan (C3-C4 9,2%-v/v) Peak LPG 4,5 kTon/tahun
- PGN+SKN-PHE Jambi Merang (2025) C3-C4: 6.5%-v/v. Peak LPG 110 kTon/tahun
- Akatara-Jadestone Lemang (2024) C3-C4: 14.5%-v/v Peak LPG 70 kTon/tahun
ADVERTISEMENT
- Optimasi Lembak Kemang-PEP Prabumulih (2024) C3-C4: 5.5%-v/v Peak LPG 6.2 kTon/tahun
- East Kalimantan (Q4 2024) C3-C4: 4.0%-v/v Peak LPG 450 kTon/tahun
- Senoro North&South (2027) C3-C4: 3.7%-v/v Peak LPG 90-94 kTon/tahun
- Senoro-Toili (2026) AGRU Flash Gas C3-C4: 18%-v/v Peak LPG 8.7
kTon/tahun
8 Lapangan Migas Lain
- Southwest Bukit Barisan (2026) C3-C4: 6%-v/v Peak LPG 48 kTon/tahun
- Wilela-PEP Prabumulih (2026) C3-C4: 7.3%-v/v Peak LPG 48 kTon/tahun
- Bontang-Starborn Energy (2027) C3-C4: 9%-v/v Peak LPG 18 kTon/tahun
- Struktur Akasia Bagus – PEP (2027) C3-C4: 10.6-15%-v/v Peak LPG 5.3 kTon/tahun
- Haur Gede non-associated – PEP (2027) C3-C4: 16%-v/v Peak LPG 16 kTon/tahun
- Bukit Panjang-Petronas Ketapang (2027) C3-C4: 7%-v/v Peak LPG 57 kTon/tahun
ADVERTISEMENT
- Bukit Tua-Petronas Ketapang (2027) C3-C4: 7%-v/v Peak LPG 20 kTon/tahun
- East-West-PHE ONWJ (2026) C3-C4: 8.1%-v/v Peak LPG 56 kTon/tahun