Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
SKK Migas Sebut BUMN Rusia Tertarik Garap Blok East Natuna
5 Desember 2022 19:03 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas ), Dwi Soetjipto, mengungkapkan ada kemungkinan salah satu perusahaan migas asal Rusia , Zarubezhneft, menggarap Blok East Natuna . East Natuna merupakan lapangan gas yang ditemukan 49 tahun lalu di lepas pantau Pulau Natuna, Kepulauan Riau, tapi hingga kini belum digarap.
ADVERTISEMENT
Zarubezhneft saat ini memiliki 50 persen hak partisipasi di salah satu proyek migas lepas pantai yang juga terletak di kawasan Pulau Natuna, Blok Tuna. Akuisisi perusahaan pelat merah dilakukan melalui anak usahanya, ZN Asia Ltd.
Lebih lanjut lagi, Dwi membeberkan perusahaan Rusia yang berminat tersebut adalah perusahaan yang sama seperti operator di Blok Tuna. "Yang Rusia mungkin hampir sama yang sekarang hampir terlibat di Blok Tuna," imbuhnya.
Sementara itu ditemui terpisah, Dirjen Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, mengatakan Blok East Natuna akan ditinggalkan oleh Pertamina sebab salah satu lapangannya, D-Alpha bermasalah karena sangat kompleks.
"D-Alpha ini jadi masalah ini berat sekali, kompleks sekali. Kalau jadi satu orang tidak mau D-Alpha-nya, konsepsinya begitu saja," tuturnya.'
ADVERTISEMENT
49 Tahun Blok East Natuna Terkatung-katung
Sebelumnya, nasib Blok East Natuna di Pulau Natuna, Kepulauan Riau, terkatung-katung. Sejak ditemukan pada 1973 atau 49 tahun lalu, lapangan gas raksasa ini belum juga digarap.
Sejak ditemukan hampir setengah abad lalu, cadangan gas Blok East Natuna mencapai 46 triliun kaki kubik (TCF). Cadangn ini merupakan yang terbesar di Indonesia, 4 kali lipat Blok Masela.
Mulanya ExxonMobil tertarik menggarap Blok East Natuna. Perusahaan migas asal Amerika Serikat ini mendapatkan hak kelola pada 1980. Namun pada 2007, pemerintah menghentikan kontraknya karena tak ada perkembangan.
Pada 2008, proyek ini diserahkan pemerintah ke Pertamina. Dua tahun berikutnya, ExxonMobil ikut lagi dalam proyek ini disusul dengan perusahaan migas Total dari Prancis dan Petronas dari Malaysia. Namun pada 2012, posisi Petronas digantikan perusahaan migas Thailand, PTT Exploration and Production.
ADVERTISEMENT
Namun pada 2017, perusahaan migas asal Amerika Serikat ini mengembalikan ke pemerintah karena dianggap tak ekonomis. Konsorsium bubar, hanya menyisakan Pertamina. Kini, BUMN energi itu pun, kata Tutuka, akan melepasnya.
“Dulu kan ada penugasan ke Pertamina. (Sekarang) kita kembalikan dulu ke negara, kemudian kita akan lelang tender terbuka untuk D-Alpha. Kita akan coba bagi tiga East Natuna itu," ujar Tutuka di sela-sela acara International Convention Oil and Gas of Indonesia Upstream Oil and Gas (IOG) 2022, Nusa Dua Bali, Kamis (24/11).
Tutuka menargetkan proses pengembalian Blok East Natuna dari Pertamina ke Pemerintah dapat selesai tahun ini. Sehingga pada awal tahun depan blok tersebut dapat dijadwalkan untuk masuk lelang. Kalau tidak cepat diputuskan, menurutnya, proyek ini akan semakin tidak ekonomis di tengah transisi energi yang gencar dilakukan pemerintah.
ADVERTISEMENT