Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Sekarang yang dieksplorasi baru 54 cekungan, jadi masih ada 74 cekungan. Tetapi memang tantangannya besar karena kita membutuhkan investor-investor yang mempunyai kekuatan finansial karena ini napasnya harus panjang,” ujar Dwi usai membuka Joint Convention Yogyakarta 2019 di Hotel Tentrem, Yogyakarta, Selasa (26/11).
“Oleh karena itu saat ini yang kita lakukan adalah kita bikin ekspektasi kapan kita bisa membangun produksi yang kuat, kembali ke 1 juta barrel oil per day ini kapan. Sekarang kita harus siapkan,” ujar dia.
Acara yang mempertemukan Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI), dan Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) ini diharapkan memunculkan ide untuk akselerasi peningkatan produksi.
ADVERTISEMENT
“Kalau sekarang produksi minyak itu kita yang perlu garis bawahi, kita impor minyak, gas kita ekspor. Kalau kita kombinasi ini sesungguhnya seimbang antara ekspor dan impornya. Tetapi untuk gas kita punya potensi menjadi besar, yaitu sudah mulai proyek untuk Blok Masela,” kata dia.
Blok Masela ini akan menambah produksi gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) 9,5 juta ton per tahun dan gas pipa 150 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).
“Sedang minyak kita sedang mencari cadangan-cadangan untuk bisa mengangkat dan targetkan 2030 kita bisa kembali 1 juta barel per day. Sekarang ini 750 ribu ya,” Dwi mengungkapkan.
Dia mengakui tren penurunan harga minyak mengurangi minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Yang selanjutnya harus dilakukan adalah bagaimana menciptakan iklim investasi yang baik.
ADVERTISEMENT
“Dengan impact USD 20 miliar di Masela masuk, saya kira ini membuktikan sesungguhnya investasi di Indonesia sangat menarik khususnya di laut dalam dan sebagian timur,” tegas dia.
Sementara itu, Abdullah Nurhasan, Ketua Panitia Joint Convention Yogyakarta 2019 (JCY 2019) mengatakan masing-masing asosiasi dapat bertukar pikiran soal energi di Indonesia serta dapat mendorong eksplorasi yang masif.
“Tugas kita, kita scientist, salah duanya dari ilmu kebumian, yaitu geofisika dan geologi. Tugas kita itu meminimalkan atau mengidentifikasi risiko. Risiko-risiko seperti ini dengan terus penambahan data bisa tambah besar atau tambah kecil. Itu tugas kita sebagai ilmuwan. Untuk melihat risiko itu,” kata dia.
Setidaknya ada 650 makalah yang dibahas dalam pertemuan itu. Target SKK Migas mewujudkan produksi minyak 1 juta barel minyak per hari juga dianggap relevan.
ADVERTISEMENT
“Yang penting kita dari asosiasi punya effort, karena SKK Migas sudah menyiapkan support. Itu kenapa kita juga mengundang SKK Migas. Kolaborasi sama mereka. Ini kita tunjukkan, kita punya komitmen dan mereka punya support yang memadai. Kalau kita mau mereka sudah siap wadahnya,” pungkasnya.