Soal Penipuan iPhone si Kembar, Masyarakat Diminta Tak Mudah Tergiur Harga Murah

6 Juni 2023 14:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
iPhone 13 Series. Foto: Dok. Apple
zoom-in-whitePerbesar
iPhone 13 Series. Foto: Dok. Apple
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus penipuan pre-order iPhone yang diduga dilakukan dua saudara kembar Rihana dan Rihani ramai diperbincangkan publik. Kerugian korban sejauh ini mencapai Rp 35 miliar.
ADVERTISEMENT
Menanggapi kasus tersebut, Peneliti INDEF, Nailul Huda, menilai penipuan tersebut kerap terjadi karena masyarakat Indonesia masih berorientasi pada harga. Menurutnya, masyarakat mudah tergiur dengan harga miring, tanpa mempertimbangkan risikonya.
“Masyarakat kita masih price-oriented consumer, artinya masih mempertimbangkan harga menjadi faktor utama pembelian barang. Makanya orang jualan barang palsu dan murah, pasti laku keras,” kata Nailul ketika dihubungi kumparan, Selasa (6/6).
Senada, Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, mengatakan maraknya penipuan ini disebabkan kebiasaan masyarakat untuk selalu berlomba-lomba memiliki gadget terbaru sebagai tanda kesuksesan. Hal ini, menurut Bhima, menyuburkan praktik penipuan dalam negeri.
“Masalahnya banyak yang ingin pamer, jadi gampang tergiur dengan barang-barang terbaru, meski harus waiting list, ada kecenderungan begitu di negara-negara berkembang,” ujar Bhima kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
“Itu salah satu gaya hidup di dunia modern, kalau tidak punya gadget terbaru terbilang belum sukses atau dianggap gaptek. Persepsi itu di masyarakat yang menyuburkan penipuan, jadi memang berangkatnya orang-orang itu karena Fear Of Missing Out (FOMO),” tambahnya.
Bhima menyarankan kepada masyarakat agar tidak mudah tergiur dengan harga miring, terutama transaksi dengan rekening pribadi. Menurutnya, jumlah kasus penipuan seperti itu dapat dihindari jika menggunakan platform terpercaya, seperti marketplace.
“Masyarakat terlalu gampang melakukan transfer terutama ke rekening sifat pribadi, bukan rekening yang sifatnya institusi. Kalau kita transfer ke marketplace atau institusi, keamanan lebih terjamin,” tutur Bhima.