Sperma Sapi Belgian Blue Ditargetkan Siap Distribusi Tahun 2020-2021

5 November 2018 14:40 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengembangbiakkan Sapi Belgian Blue di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor, Senin (5/11). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengembangbiakkan Sapi Belgian Blue di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor, Senin (5/11). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan pendistribusian sperma Belgian Blue (BB) atau sapi biru Belgia melalui inseminasi buatan (IB) dapat dilakukan pada tahun 2020-2021 mendatang.
ADVERTISEMENT
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Sugiono mengatakan, untuk saat ini sapi BB masih dalam tahap pengembangbiakan. Katanya, setidaknya dibutuhkan 2-3 tahun dari mulai proses kehamilan 9 bulan, pertumbuhan selama 2 tahun, hingga kemudian bisa menghasilkan sperma.
“Kita uji coba dulu di peternak kelompok-kelompok tertentu yang punya bagus, kemudian (kemungkinan diikutkan) Upsus (Upaya khusus),” kata Sugiono ketika ditemui di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor, Jawa Barat, Senin (5/10).
Program Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting) digunakan untuk memaksimalkan potensi sapi indukan di dalam negeri untuk dapat terus menghasilkan pedet (anak sapi) dalam rangka menambah populasi ternak nasional.
Adapun kebijakan itu merujuk pada Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.
Pengembangbiakkan Sapi Belgian Blue di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor, Senin (5/11). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengembangbiakkan Sapi Belgian Blue di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor, Senin (5/11). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
Sugiono melanjutkan, pihaknya kini masih fokus memperbanyak bibit dan penyeleksian tahapan dasar sebelum kemudian dikembangbiakkan hingga bisa didistribusikan kepada masyarakat secara lebih luas.
ADVERTISEMENT
“Sekarang sudah ada Gatot Kaca ke Singosari tapi dia ditampung semennya. Lalu masyarakat bisa menikmati (hasilnya ketika) dikawinkan sapi-sapinya dengan pejantan BB,” terangnya.
Sugiono menambahkan, pihaknya kini tengah mencari cara untuk mengatasi kendala sesar yang dialami sapi BB yang dikembangbiakkan yaitu dengan mengawinsilangkan dengan jenis lokal.
“Kita mau nyari cara mengecilkan pinggul, sehingga ketemu rumusan pertumbuhan cepat, bisa besar tapi lahir mudah. Sekarang kendala bokongnya gede jadi sesar,” tambahnya.
Pengembangbiakkan Sapi Belgian Blue di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor, Senin (5/11). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pengembangbiakkan Sapi Belgian Blue di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, Bogor, Senin (5/11). (Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan)
Kendati demikian, ia menegaskan, pihaknya tak ingin tergesa-gesa dan terlalu muluk. Pasalnya, pengembangbiakan sapi BB butuh kesiapan matang dan berbagai kendala proses pemeriksaan dalam pengembangbiakan yang mayoritas masih manual.
“(Sementara) pengembangan kebiasaan di Belgia segala sesuatu pakai USG,” tandasnya.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, Sugiono menyebut, pentingnya program peningkatan kualitas SDM hingga pengaplikasian teknologi di peternakan di Indonesia.
“Dengan menghadirkan narasumber baik dari Indonesia maupun dari Belgia. Bimtek produksi dan aplikasi TE dilakukan bersama Dr. Christian Hanzen pada bulan November untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan IB,” kata dia.
Semua itu tak lain, menurut Sugiono, perlu diupayakan karena sapi BB yang memiliki manfaat besar.
“BB itu produksi dagingnya tinggi, terus dia bisa berat sampai 1,5 ton. Itulah tumpuan harapan kita untuk meningkatkan produksi daging kita,” tandasnya.