Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku kesulitan memprediksi harga minyak dunia. Hal tersebut imbas ketidakpastian yang masih menyelimuti ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani bilang, sejumlah lembaga dunia bahkan memberikan proyeksi yang berbeda soal harga minyak. Misalnya Energy Information Administration (EIA), memprediksi harga minyak mentah acuan seperti Brent di kisaran USD 74,5 per barel pada 2024. Kemudian Bloomberg memproyeksi harga minyak senilai USD 86 per barel, dan Bank Dunia USD 86 per barel.
"Harga minyak mungkin yang agak sulit diprediksi. Kita lihat beberapa lembaga internasional membuat outlook untuk harga Brent di 2024. USD 74,5 oleh EIA itu adalah proyeksi (yang dikeluarkan) pada bulan Mei 2023. Bloomberg keluar dengan harga USD 86, Bank Dunia angkanya USD 86," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Gedung DPR RI, Senin (5/6).
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani mengungkapkan, kelompok negara pengekspor minyak atau OPEC akan memangkas kembali produksi minyak. Hal itu bertujuan untuk menyeimbangkan harga minyak dunia yang diprediksi turun, bersamaan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia.
"OPEC sangat aktif mencoba mengelola produksi dan bahkan memotong produksinya di dalam rangka balance demand yang diprediksi akan melemah karena pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah," terangnya.
Meski begitu, Sri Mulyani berharap harga minyak dunia terjaga di kisaran USD 75 hingga USD 85 per barel di tahun 2024. Sementara harga komoditas batu bara diproyeksi berada di kisaran USD 155 per ton, dan harga minyak kelapa sawit atau CPO USD 1.020 per metrik ton.
"Ini adalah sesuatu yang kita jaga, karena terus terang komoditas memang mempengaruhi APBN cukup besar," pungkasnya.
ADVERTISEMENT