Sri Mulyani Beberkan Hasil Pertemuan Spring Meeting IMF, Apa Saja?

17 April 2023 15:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani mendampingi Presiden Jokowi bertemu delegasi Dana Moneter Internasional (IMF) Presiden Jokowi bersama Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (17/7).  Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani mendampingi Presiden Jokowi bertemu delegasi Dana Moneter Internasional (IMF) Presiden Jokowi bersama Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (17/7). Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Keuangan, Sri Mulyani baru saja kembali ke Indonesia usai menghadiri pertemuan Spring Meeting IMF-World Bank pada pekan lalu. Dia membeberkan, dalam pertemuan tersebut, yang menjadi fokus pembahasan adalah tantangan ekonomi di tahun 2023 yang cukup berat.
ADVERTISEMENT
Perempuan yang akrab disapa Ani tersebut menjelaskan, salah satu tantangan terberat adalah laju inflasi yang terus merangkak naik dan menyebabkan pengetatan kebijakan moneter.
"Suku bunga cenderung dan tetap bertahan tinggi sampai mereka bisa melihat inflasi bisa dikendalikan. Hire for longer untuk suku bunga, karena inflasinya harus dikembalikan. Kebijakan ini ditambah dengan likuiditas yang diperketat untuk bisa mengendalikan demand site," kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN KiTa, Senin (17/4).
Tingginya angka inflasi dan suku bunga di sejumlah negara maju, kata Sri Mulyani tentu sangat mempengaruhi negara berkembang yang bergantung pada ekspor. Bahkan, pelonggaran kebijakan COVID-19 di China belum mampu memulihkan ekonomi global.
"Reopening China belum mampu memulihkan ekonomi, ini mengkonfirmasi pertumbuhan masih lemah dan mempengaruhi ekspor-impor," terang dia.
ADVERTISEMENT
Adapun BPS mencatat, kinerja ekspor Indonesia hingga Maret 2023 memang menurun atau mengalami kontraksi sebesar 13,5 persen. Untuk itu, dia meminta semua pihak untuk mewaspadai penurunan ekspor.
"Indonesia harus mewaspadai tren penurunan ekspor. Ekspor Indonesia mengalami kontraksi 13,5 persen (yoy) pada Maret 2023. Seiring dengan kontraksi ini maka industri manufaktur juga mengalami kontraksi 6,2 persen ini tren yang harus kita waspadai," pungkasnya.