Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani membeberkan Postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Ia memberikan sinyal bahwa postur ekonomi makro dan arah kebijakan fiskal tahun depan, masih akan berfokus pada pemulihan ekonomi dari dampak pandemi COVID-19.
"Tema dari belanja fiskal kita tahun 2022 sama seperti RKP adalah pemulihan ekonomi dan reformasi struktural sehingga fokus kita masih sama untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2021, Kamis (29/4).
Bendahara negara merinci, pendapatan negara ditargetkan akan mencapai 10,18 hingga 10,44 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), ini setara Rp 1.823 sampai Rp 1.895 triliun.
Bila dijabarkan lagi, penerimaan negara ini diharapkan berasal dari perpajakan sebesar 8,27 sampai 8,42 persen dari PDB. Target ini mengalami kenaikan sebesar 8,18 persen dibandingkan tahun 2021.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, dari penerimaan negara bukan pajak alias PNBP yang diharapkan naik antara 1,8 sampai 2 persen. Serta terakhir penerimaan hibah sebesar 0,01 sampai 0,02 persen dari PDB.
"Di sisi belanja negara, maka reform kita adalah melakukan standing banner terutama untuk membelanjai berbagai program prioritas dengan orientasi kepada hasil," ujar Sri Mulyani.
Belanja negara dalam APBN ini direncanakan di kisaran 14,69 sampai 15,29 persen. Belanja setara Rp 2.631 sampai Rp 2.775 triliun ini naik sebesar 15,58 persen dari target di tahun 2021.
Besarnya pengeluaran ketimbang pendapatan ini bakal membuat defisit tahun depan kian melebar hingga kisaran 4,51 sampai 4,85 persen. Bila dikalkulasikan, maka akan setara Rp 808 sampai 879 triliun.
"Belanja pemerintah pusat kita ada di 10,36-10,63 persen dan transfer ke daerah di 4,33 hingga 4,66 dari GDP," pungkasnya.
ADVERTISEMENT