Sri Mulyani Beberkan Strategi RI Keluar dari Middle Income Trap

23 September 2024 13:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan keterangan pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 2024 di Kantor LPS, Jakarta, Jumat (2/8/2024). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan keterangan pers hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) III Tahun 2024 di Kantor LPS, Jakarta, Jumat (2/8/2024). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali menegaskan pentingnya strategi ekonomi untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya, Sri Mulyani menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang terjalin antara Kementerian Keuangan dan Bank Dunia dalam merumuskan solusi atas salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia, yaitu middle income trap.
“Keluar dari middle income trap telah menjadi tema utama kebijakan pemerintah. Bagaimana kita merumuskan strategi untuk mencapai status negara berpendapatan tinggi adalah tantangan besar yang harus kita hadapi bersama,” kata Sri Mulyani dalam acara The International Seminar ASEAN Global Development and the Middle Income Trap and Growth Academy ASEAN, Senin (23/9).
Bendahara negara itu mengatakan, fenomena middle income trap terjadi ketika suatu negara terjebak dalam fase pertumbuhan ekonomi yang stagnan dan tidak mampu mencapai status sebagai negara maju. Menurutnya, produktivitas merupakan kunci utama untuk keluar dari jebakan ini.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani menjelaskan, peningkatan produktivitas tidak dapat dicapai tanpa perbaikan kualitas modal manusia, yang mencakup pendidikan dan kesehatan. Meskipun Indonesia memiliki populasi yang besar dan relatif muda, ia mengingatkan bahwa kualitas tenaga kerja Indonesia masih perlu ditingkatkan agar dapat bersaing di pasar global.
“Indonesia beruntung memiliki populasi yang besar dan relatif muda, namun itu tidak berarti kita terbebas dari masalah produktivitas yang berbasis pada modal manusia,” ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani juga menyinggung sejarah pembangunan Indonesia di era Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Pada masa itu, ada rencana pembangunan lima tahun (Repelita) dan rencana pembangunan jangka panjang yang mencerminkan kesinambungan kebijakan ekonomi nasional.
Dia mengatakan, salah satu fokus utama pada masa tersebut adalah pembangunan infrastruktur dasar seperti pendidikan dan kesehatan melalui program-program seperti Impress Disa yang bertujuan meningkatkan akses pendidikan ke seluruh pelosok Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Sejak era Orde Baru hingga reformasi, fokus kita tetap pada pengembangan modal manusia. Namun, kita harus ingat bahwa pendidikan dan kesehatan tidak cukup hanya menjadi headline. Kita harus membahasnya lebih dalam untuk memastikan pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” katanya.
Selain pendidikan dan kesehatan, Sri Mulyani menyoroti masalah stunting yang masih menjadi tantangan serius bagi Indonesia. Ia menegaskan bahwa kualitas anak-anak yang sehat dan tumbuh dengan baik sangat penting untuk memastikan masa depan yang lebih cerah bagi negara. Menurutnya, stunting tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga pada produktivitas tenaga kerja di masa depan.
“Kami sedang membahas isu stunting, bukan hanya soal jumlah populasi, tetapi juga kualitas hidup generasi mendatang,” kata Menkeu.
ADVERTISEMENT