Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Sri Mulyani Buka Suara Soal Anjloknya Kinerja PMI Manufaktur
5 Juni 2023 19:32 WIB
·
waktu baca 2 menit![Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kompleks DPR RI, Selasa (30/5). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01h1nsb040f73fw5km9ean6nsc.jpg)
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani , buka suara soal anjloknya kinerja Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia. Adapun, PMI manufaktur Indonesia pada Mei 2023 berada di level 50,3, atau turun 2,4 poin jika dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat 52,7.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani bilang, hal ini perlu diwaspadai. Bahlan, dia meminta seluruh pihak yang terlibat untuk berhati-hati.
"Harus kita lihat hati-hati adalah PMI baru saja keluar 50,3. Ini melemah dibandingkan bulan lalu yang di atas 52," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI, Senin (5/6).
Tak hanya Indonesia, Sri Mulyani menjelaskan, turunnya PMI Manufaktur juga dialami banyak negara. Sejumlah negara tercatat mengalami penurunan yang kontraktif.
"Bahkan Vietnam yang selama ini kuat juga dalam posisi kontraktif untuk PMI-nya," imbuhnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menilai, ekonomi Indonesia masih terpantau ekspansif bila dibandingkan dengan negara lain. Tercermin dari pertumbuhan ekonomi di kuartal I sebesar 5,03 persen, dan inflasi yang terus melandai, pada Mei 2023 di level 4 persen.
ADVERTISEMENT
"Ekonomi kita yang masih ekspansif memang dalam hal ini di satu sisi tetap optimis, di sisi lain tetap harus hati hati karena memang risikonya cukup nyata," tegasnya.
Di sisi lain, bendahara negara tersebut menjelaskan, sektor konsumsi semen juga menunjukkan koreksi. Hal tersebut berimbas pada pertumbuhan di sektor bangunan menjadi tertahan.
"Ekspor impor kita dengan environment global yang melemah menunjukkan ekspornya mengalami kontraksi yang dalam. Karena memang 2021, 2022 itu tahun yang agak berbeda," jelas Menkeu.
Untuk itu, Sri Mulyani meminta pemerintah bersinergi mendorong pertumbuhan dari sisi investasi. Tercatat, pada industri logam dasar, pertumbuhan masih cukup tinggi.
"Karena adanya hilirisasi dan policy pemerintah untuk hal ini sudah dikomunikasikan secara global. Sehingga memberikan aba-aba kepada para investor kalau mau menuju kepada industri yang berhubungan dengan EV atau baterai maka indonesia akan terbuka," tandasnya.
ADVERTISEMENT