Sri Mulyani Catat Penerimaan Negara di Awal Tahun Tembus Rp 232 Triliun

22 Februari 2023 18:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konfetensi pers, Selasa (14/2). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konfetensi pers, Selasa (14/2). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mencatat, pendapatan negara sepanjang tahun 2023 tembus Rp 232,2 triliun. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan penerimaan di 2022 yang hanya Rp 156,7 triliun.
ADVERTISEMENT
“Pendapatan negara kita Rp 232 triliun. Ini adalah 9,4 persen dari target tahun 2023 dan tumbuh 48,1 persen dibandingkan tahun 2022 yang hanya Rp 156,7 triliun,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Rabu (22/2).
Sri Mulyani menjelaskan, penerimaan didominasi dari pajak yakni sebesar Rp 162,2 triliun. Secara rinci, penerimaan tersebut berasal dari PPh non migas sebesar Rp 78,29 triliun, PPN dan PPnBM sebesar Rp 4,64 triliun, PBB dan Pajak lainnya Rp 1,29 triliun, dan PPh Migas Rp 8,03 triliun.
Kemudian, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) berkontribusi sebesar Rp 45,9 triliun terhadap penerimaan negara di awal tahun 2023.
Kenaikan tersebut berasal dari pendapatan sumber daya alam senilai Rp 11,6 triliun, pendapatan SDA non migas Rp 14,8 triliun, pendapatan kekayaan negara dipisahkan Rp4,6 triliun. Kemudian dari PNBP lainnya Rp 14,4 triliun dan pendapatan BLU Rp 400 miliar.
ADVERTISEMENT
"Jadi PNBP terlihat bahwa kegiatan masyarakat sudah mulai pulih. Kondisi dinamis yang terus harus kita pantau dari sisi positifnya maupun kemungkinan terjadinya risiko dari penerimaan," terang dia.
Di sisi lain, penerimaan negara yang berasal dari bea dan cukai mengalami penurunan 3,4 persen menjadi Rp 24,11 triliun. Sebab, bea keluar mengalami penurunan yang cukup dalam yakni sebesar 68,1 persen. Hal tersebut dipengaruhi oleh harga CPO yang sudah termoderasi dan turunnya ekspor komoditas mineral.