Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Sri Mulyani: Cuma RI yang Secara Ekonomi Sudah Pulih, Malaysia - Singapura Belum
1 September 2021 7:38 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan ekonomi Indonesia sudah membaik (rebound) dibandingkan tahun lalu yang kontraksi parah. Dia pun membandingkan Malaysia hingga Singapura yang belum bernasib sama.
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 menampar hampir semua negara di dunia karena ekonomi ikut terpuruk. Indonesia termasuk di dalamnya. Ekonomi RI pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen atau menjadi yang terdalam sejak Pemerintahan BJ Habibie.
Kini, perlahan-lahan perekonomian Indonesia mulai bangkit. Ekonomi kuartal II 2021 melesat 7,07 persen secara tahunan (year on year). Namun, tidak semua negara yang sempat terkontraksi ekonominya, mengalami perbaikan (rebound) seperti Indonesia.
"Apakah dengan adanya kontraksi ekonomi menjamin rebound? Ternyata tidak. Lihat Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. GDP (produk domestik bruto) mereka di kuartal II 2021 belum bisa melewati kondisi sebelum COVID-19," katanya dalam Pembukaan dan Seminar Nasional Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) 2021 secara daring, Selasa (31/8).
ADVERTISEMENT
Sementara Indonesia, menurut Sri Mulyani, sudah berhasil keluar dari jurang resesi pada kuartal II 2021 lalu yang positif 7,07 persen. Sebelum krisis COVID-19 yaitu pada kuartal II 2019, PDB Indonesia di posisi Rp 2.735 triliun. Pada kuartal II 2020, kontraksi sehingga PDB Indonesia hanya Rp 2.500 triliun, kini per kuartal II 2021 naik ke posisi Rp 2.773 triliun.
Sri Mulyani Ungkap Kebijakan Ekonomi Adaptif dan Fleksibel
Menurut dia, keberhasilan Indonesia saat ini membalikkan keadaan karena APBN bekerja sangat fleksibel. Alokasi pemulihan kesehatan dan ekonomi nasional yang semua dirancang di kisaran Rp 400 triliun, kini dilebarkan menjadi Rp 774 triliun.
"Ekonomi semester I ini kita sudah melewati fase resesi. Dan ke depannya ditentukan oleh kemampuan kita kendalikan COVID-19. Varian baru bisa berpotensi disrupsi, karena itu seluruh kebijakan harus adaptif dan fleksibel tapi harus ada arahan yang jelas untuk melindungi masyarakat," ujarnya
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, dalam kesempatan yang sama, Presiden Jokowi juga mewaspadai pertumbuhan ekonomi kuartal III dan kuartal IV 2021 yang akan terdampak akibat kebijakan PPKM yang terus berlanjut. PPKM diberlakukan karena munculnya varian delta yang membuat kasus terus naik pada Juli lalu.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 capai 7,07 persen, namun harus tetap waspada ekonomi di kuartal III dan kuartal IV 2021 akan alami dampak kebijakan PPKM yang kita lakukan," kata Jokowi.