Sri Mulyani Gembira Surat Utang SBR010 Diborong Investor Ritel Lokal

3 Agustus 2021 14:38 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku gembira karena hasil penerbitan surat utang ritel (saving bond ritel/SBR) seri SBR010 berhasil pecah rekor. Atas penerbitan surat utang itu pemerintah berhasil meraup dana Rp 7.500.118.000, jauh melampaui target yang ditetapkan yaitu Rp 5 triliun.
ADVERTISEMENT
“Penerbitan SBR terus mencatatkan rekor yang menunjukkan minat masyarakat terhadap alternatif investasi sangat sehat. SBR seri 010 ini mencatat kembali rekor penjualan tertinggi sepanjang penerbitan SBR yang sifatnya non-tradable. Jumlah investor dan nominalnya pecah rekor,” ujar Sri Mulyani dalam webinar Like It, Selasa (3/8).
Menurut Sri Mulyani, SBR non-tradable yang laris manis ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat makin meningkat pada instrumen investasi surat utang negara. Sebab non-tradable berarti masyarakat mau berinvestasi dan memegang surat utang tersebut sampai jatuh tempo.
Sri Mulyani merinci, total jumlah investor ritel yang membeli SBR010 mencapai 23.337 investor. Dari jumlah tersebut 9.068 di antaranya merupakan investor baru.
“Yang betul-betul membuat gembira, ada 9.068 investor baru atau 38,9 persen dari total investor adalah investor baru. Mereka baru pertama kali membeli SBR,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian Sri Mulyani mengatakan jumlah tersebut masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan jumlah pekerja, apalagi jumlah penduduk Indonesia. Untuk itu, Sri Mulyani terus mendorong agar jumlah investor ritel terus digenjot.
Menurutnya basis investor ritel memang sangat dibutuhkan oleh suatu negara. Semakin besar jumlah investor ritel maka pasar keuangan dan obligasi suatu negara akan semakin dalam dan mature.
Dengan demikian sektor keuangan dan pasar keuangan akan semakin stabil, sehingga negara bisa melakukan pembangunan yang berkelanjutan serta tidak mudah terpengaruh oleh gejolak global.
“Ini penting karena kadang-kadang ketika kita sedang fokus membangun ada perubahan di belahan bumi lain namun dia bisa mempengaruhi perekonomian kita. Oleh karena itu pendalaman dan memperluas investor ritel jadi penting,” ujarnya.
ADVERTISEMENT