Sri Mulyani: Kebijakan The Fed Tahan Suku Bunga Beri Tekanan ke Seluruh Dunia

26 Juli 2024 19:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani Foto: Instagram/ @smindrawati
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Foto: Instagram/ @smindrawati
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kebijakan suku bunga tinggi oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed dalam jangka waktu lama, telah memberikan tekanan terhadap ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, kebijakan tersebut telah menyebabkan arus modal ke luar dan tekanan depresiasi mata uang, serta kenaikan biaya bunga hampir di seluruh dunia.
"Ini menghasilkan tekanan dan kompleksitas kebijakan fiskal dan moneter di banyak negara - antara menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan dan kesempatan kerja," kata Sri Mulyani dalam unggahan akun instagramnya, Jumat (26/7).
Sri Mulyani mengatakan hal tersebut dibahas dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 di Rio de Janeiro – Brasil. Menurut Sri Mulyani, pertemuan diawali dengan membahas kondisi dan tantangan ekonomi global saat ini.
Adapun untuk Indonesia, Sri Mulyani mengatakan perekonomian relatif terjaga di tengah gejolak perekonomian dan volatilitas pasar keuangan global. Pada triwulan pertama 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,1 persen (year on year/yoy).
ADVERTISEMENT
Sementara inflasi stabil di 2,5 persen Pada Juni 2024, tingkat pengangguran turun menjadi 4,82 persen dari 5,45 persen di tahun lalu, dan tingkat kemiskinan turun menjadi 9,03 persen dari 9,36 persen.
"Indonesia juga terus fokus melakukan reformasi struktural untuk mengakselerasi pembangunan prioritas: SDM, infrastruktur, hilirisasi dan kelembagaan," katanya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Foto: Instagram/ @smindrawati
Pada sesi kedua pertemuan tersebut, Sri Mulyani mengatakan dibahas mengenai isu Sektor Keuangan dan Financial Inclusion. Risiko akibat inovasi instrumen keuangan pada teknologi digital seperti kripto, stable coin, dan Central Bank Digital Currency terhadap stabilitas sistem pembayaran dan sektor keuangan dibahas.
"Sesi ketiga tidak kalah penting, dibahas mengenai International taxation - mengenai upaya penyelesaian kesepakatan pilar satu dan dua dalam Global Taxation Agreement untuk mencegah base erosion dan penghindaran pajak antara negara/justisdiksi," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara Brasil mengangkat usulan baru untuk dibahas, yaitu pemajakan untuk orang super kaya yang sangat sulit dilakukan, yang menyebabkan erosi penerimaan dan kecemburuan sosial. G20 masih belum sepakat mengenai langkah terkait hal ini.
Brasil sebagai tuan rumah Presidensi G20 juga mengangkat isu Climate Change Financing termasuk penyelamatan Hutan Tropikal dan isu ancaman Kelaparan Dunia dan pentingnya Ketahanan Pangan.
"Di tengah ketegangan geopolitik dan fragmentasi ekonomi - Indonesia mendukung spirit kerja sama global dan peranan forum G20 dan lembaga-lembaga multilateral untuk terus meningkatkan kolaborasi agar kita bisa mengatasi permasalahan dunia bersama," ujarnya.