Sri Mulyani: Kondisi Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Normal

27 Oktober 2021 11:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan sistem keuangan Indonesia di kuartal III 2021 normal, didukung dengan penurunan kasus COVID-19 di Indonesia. Kondisi tersebut berdasarkan hasil pertemuan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
ADVERTISEMENT
"Stabilitas sistem keuangan atau sering disingkat SSK untuk triwulan III tahun 2021 berada dalam kondisi normal, seiring dengan penurunan signifikan kasus COVID-19," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK, Rabu (27/10).
Sri Mulyani memastikan dia beserta Gubernur BI, Ketua Komisioner OJK, dan Ketua Komisioner LPS berkomitmen memperkuat sinergi menjaga dan mendukung momentum pemulihan ekonomi. Juga Terus berkomitmen menjaga stabilitas sistem keuangan.
Saat ini, kata dia, pemulihan ekonomi dunia terus berjalan meskipun gelombang baru COVID-19 dan risiko global supply disruption menghantui banyak negara. Akibat dari global supply disruption, tekanan inflasi bakal terjadi di berbagai negara, misalnya Amerika Serikat.
"Di sisi lain, global supply disruption yang ternyata lebih panjang dari yang diperkirakan yang menimbulkan kenaikan harga, juga harga energi akibat keterbatasan supply mulai memicu tekanan inflasi di sejumlah negara. Inflasi di AS tercatat di kisaran 5,4 persen dalam 4 bulan terakhir. Ini tingkat yang sangat tinggi untuk AS," jelasnya.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimbo Santoso (kiri) saat Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Sri Mulyani juga menjelaskan, Uni Eropa mengalami tren inflasi di September 2021 mencapai 3,4 persen. Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia juga direvisi lebih rendah. OECD menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 5,8 persen pada Mei menjadi 5,7 persen. Sedangkan IMF merevisi ekonomi dunia Juli lalu 6 persen menjadi 5,9 persen.
ADVERTISEMENT
"Permasalah supply disruption yang lebih panjang dan masih tingginya ketidakpastian perkembangan covid yang sekarang meningkat di berbagai belahan dunia terutama negara 4 musim, telah mendorong OECD dan IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2021," jelasnya.
Meski begitu, pemulihan ekonomi di Indonesia terus berlanjut. Ini didukung keberhasilan penanganan pandemi COVID-19 terutama melonjaknya akibat varian delta pertengahan tahun lalu. Sementara saat ini aktivitas berangsur bangkit kembali.