Sri Mulyani Kritik Proyek Energi Terbarukan: Jangan Cuma buat Pamer

15 Mei 2019 19:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan, Sri Mulyani berikan keterangan pers tentang RUU Penerimaan Negara Bukan Pajak di Jakarta, Jumat (27/7). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani berikan keterangan pers tentang RUU Penerimaan Negara Bukan Pajak di Jakarta, Jumat (27/7). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengkritik pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia yang dinilainya masih belum serius.
ADVERTISEMENT
Salah satu proyek EBT yang disebut Sri Mulyani adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Sidrap, Sulawesi. Proyek ini, kata dia, memang bagus dan kerap dipamerkan dalam acara-acara bersama investor. Tapi sesungguhnya pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia masih minim.
"Saya berkali-kali diundang setiap tahun, konferensi energi baru dan terbarukan. Fotonya itu ada angin tadi di Sidrap itu, dipamerin terus, padahal cuma berapa MW (Mega Watt)," kata Sri Mulyani dalam One Hour University di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (15/5).
Dalam konferensi internasional tentang energi terbarukan, sambungnya, Indonesia kerap jadi sorotan karena ada perbedaan ucapan antara Jonan dan dirinya.
"Fotonya keren, tapi berapa sih negara punya? Jangan bangun cuma pakai untuk digambarin. Solar cell itu berapa (yang sudah dibangun)? Do we have geothermal? Hydro (air)? Indonesia yang katanya mayoritas air, do we have hydro? Yes we do, ya cukup untuk bikin presentasi. Artinya kita sebagai satu negara akhirnya dibandingkan terus Menteri ESDM ke mana, Menteri Keuangan mau ke mana," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) dalam Acara One Hour University Kementerian ESDM, Jakarta. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Menurut Sri Mulyani, sinergi antar kementerian dan lembaga sangat penting. Dengan begitu, ide-ide untuk mengembangkan energi terbarukan yang menjadi masa depan Indonesia bisa terwujud, termasuk keberanian untuk mendanainya.
"Ini pesan penting untuk kita semua sebagai ASN (Aparat Sipil Negara). Karena kita intentionally, atau non intentionally, jadi sering institusi yang ciptakan banyak hurdles, jadi ide mati atau baru lahir aborted. Itu betapa kita menjadi institusi yang tentukan negara bisa maju atau tidak. Karena itu banyak negara struggle to reform their policies and institusi," jelasnya.
Sebagai informasi, PLTB Sidrap ini merupakan PLTB pertama yang beroperasi di Indonesia. PLTB ini memiliki 30 kincir angin dengan tinggi tower 80 meter dan panjang baling-baling 57 meter, masing-masing menggerakkan turbin berkapasitas 2,5 MW, sehingga total kapasitas yang dihasilkan oleh 30 turbin adalah 75 MW.
ADVERTISEMENT
PLTB Sidrap diresmikan Presiden Joko Widodo pada Juli 2018. Beroperasinya pembangkit ini menambah jumlah pembangkit listrik EBT di Indonesia.
Tapi secara akumulasi, porsi EBT di sektor ketenagalistrikan baru mencapai 13 persen, sementara di transportasi mencapai 12-13 persen. Padahal, pemerintah menargetkan pada 2025 porsi EBT dalam bauran energi nasional di Indonesia mencapai 23 persen. Target ini sesuai dengan komitmen pemerintah dalam Paris Agreement tahun 2015.