Sri Mulyani: KTT G20 di Bali, Wadah Pemimpin Negara Cari Solusi Krisis Global

13 November 2022 15:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani menjawab pertanyaan wartawan pada acara serangkaian KTT G20 Indonesia di Bali. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani menjawab pertanyaan wartawan pada acara serangkaian KTT G20 Indonesia di Bali. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 akan digelar 16 November 2022. Menuju ke sana, ada banyak kegiatan yang sudah digelar sejak hari ini, salah satunya Business 20 (B20) Summit yang merupakan pertemuan puncak para pelaku bisnis dari seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan KTT G20 adalah forum kerja sama ekonomi global utama, yang awalnya dibentuk untuk membahas ancaman ekonomi dunia. Pada 2008-2009, KTT G20 membahas sektor finansial terutama krisis perbankan.
“Sekarang pandemi COVID-19, dan kemungkinan terjadi inflasi dan resesi. Dalam Forum G20 ini, apabila kepala negara G20 bisa bertemu dan bersepakat membicarakan dan melihat risiko dunia, ada komitmen bersama bagaimana mengurangi atau menghindarkan risiko tersebut,” ujar Sri Mulyani dalam wawancara khusus dengan kumparan di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11).
Menkeu mencontohkan, sebaiknya Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pada masing-masing negara saling melengkapi dan tidak melemahkan. Dalam instrumen kebijakan yang dibuat, perlu pertimbangan dalam membangun infrastruktur, mengurangi kemiskinan, menghadapi krisis pangan dan krisis energi, sehingga dampak kebijakan tersebut lebih sedikit atau berkurang.
ADVERTISEMENT
“Dari sisi moneter, kenaikan suku bunga yang cepat dari negara maju seperti Amerika dan Eropa. Bagaimana kalibrasi direncanakan secara baik, sehingga penyesuaian lebih baik dari kondisi negara yang mengatasinya seperti inflasi yang tinggi,” sambungnya.
Sri Mulyani menekankan, pertemuan Presidensi G20 sangat strategis, karena pimpinan beberapa negara yang menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 80 persen akan bersepakat mengatasi masalah yang memberikan risiko besar bagi setiap negara.
“Inflasi pangan, produksi pangan, financing, distribusi, hingga transportasi seperti apa. Ini yang akan menjadi tema-tema yang tidak hanya dibahas, namun juga diidentifikasi untuk membahas,” katanya.
Menkeu menyebut, tema Presidensi G20 yaitu 'Recover Together, Recover Stronger' tidak hanya untuk kelompok G20 dan Indonesia, tapi lebih khusus ke negara berkembang dan pendapatan rendah untuk pulih bersama-sama setelah pandemi dan lebih kuat.
ADVERTISEMENT
"Namun sesudah pandemi memasuki tahun ketiga, tantangan dunia dinamis berubah. Selain pandemi ditangani di tahun ketiga, kita melihat tantangan baru seperti krisis pangan, energi, konflik di ukraina, dan munculnya perubahan iklim," pungkasnya.