Sri Mulyani Ramal di 2023 Inflasi Rendah hingga Kurs Rp 14.800 per Dolar AS

1 Juni 2022 8:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkeu Sri Mulyani menyerahkan dokumen kepada Ketua DPR RI Puan Maharani saat Rapat Paripurna di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (24/5/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menkeu Sri Mulyani menyerahkan dokumen kepada Ketua DPR RI Puan Maharani saat Rapat Paripurna di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (24/5/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani menghadiri Rapat Paripurna DPR dan Rapat Kerja Komisi XI DPR dengan Menteri PPN/Bappenas, dan Gubernur BI pada Selasa (31/5). Di hadapan para anggota DPR, bendahara negara itu memaparkan proyeksi sejumlah indikator ekonomi Indonesia di tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Beberapa yang diprediksi Sri Mulyani di tahun depan mulai dari inflasi yang masih rendah hingga kurs tembus Rp 14.800 per dolar AS. Berikut ini rangkuman selengkapnya:
Inflasi RI Masih Rendah di 2023, Capai 4 Persen
Sri Mulyani menyebut inflasi Indonesia tahun depan masih relatif stabil, di kisaran 2-4 persen, karena pengendalian yang dilakukan pemerintah. Ramalan ini sesuai dengan perkiraan laju inflasi global 2023 yang lebih rendah dibandingkan 2022.
"Kami berpandangan, asumsi inflasi 2023 berada di kisaran 2 hingga 4 persen, masih cukup realistis meski kami memahami dinamika yang sering muncul secara sangat tiba tiba," kata Sri Mulyani.
Proyeksi inflasi Indonesia tersebut masih di bawah negara-negara lainnya. Dia menjabarkan, di Amerika Serikat dan Eropa, laju inflasi mencetak rekor tertinggi selama 4 dekade terakhir. Untuk Amerika berada di level 8,4 persen, Inggris 9 persen, dan Eropa 7 persen.
ADVERTISEMENT
Kurs Bisa Tembus Rp 14.800 per Dolar AS
Selain itu, Sri Mulyani juga memproyeksikan nilai tukar Rupiah tahun 2023 akan berada di kisaran Rp 14.300 hingga Rp 14.800 per Dolar AS. Ia menyebut, bentuk pergerakan nilai tukar adalah hal yang sangat menantang.
Menurut dia, tidak mudah untuk menjaga trade account tetap positif. Sebab, pemulihan ekonomi Indonesia akan diikuti dengan permintaan impor barang-barang, bahan baku, dan bahan mentah.
"Jadi trade account kita memang akan terus berkompetisi antara ekspor yang terus tumbuh tinggi karena komoditas, dan impor yang juga tumbuh tinggi karena kebutuhan raw material dan capital goods," kata Menkeu dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR dengan Menteri Keuangan, Menteri PPN/Bappenas, dan Gubernur BI, Selasa (31/5).
ADVERTISEMENT
Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh 5,4 Persen
Menkeu Sri Mulyani menyampaikan pandangan pemerintah pada Rapat Paripurna di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (24/5/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Konsumsi rumah tangga diprediksi akan tumbuh di level 4,8 sampai 5,4 persen di tahun 2023. Menurut Sri Mulyani, konsumsi rumah tangga akan mendukung investasi yang memiliki kontribusi sebesar 30,8 persen terhadap PDB, dan diperkirakan tumbuh 6,1 sampai 6,7 persen tahun depan.
"Salah satu upaya pemerintah untuk mendorong konsumsi masyarakat di tengah tingginya harga komoditas global yaitu melalui pemberian subsidi. Kenapa kita memilih untuk saat ini meningkatkan subsidi adalah dalam rangka menjaga pemulihan dari sisi daya beli rumah tangga kita agar tidak tergerus inflasi yang tinggi,” kata Sri Mulyani.
Pertumbuhan Ekonomi Capai 5,9 Persen
Sri Mulyani juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 mencapai 5,9 persen. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang kuat dan inklusif diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Dari sisi domestik kami memandang bahwa prospek pemulihan ekonomi nasional terus menguat, berkaca pada efek periode terjadinya komoditi boom pada tahun 2011 dan tahun 2012," jelasnya.
Menurut dia, investasi akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi, terutama dengan memanfaatkan harga komoditas yang tinggi, serta akselerasi transformasi ekonomi.
Sementara dari sisi investasi publik, keberlanjutan proyek-proyek strategis nasional serta pengembangan IKN Nusantara akan mendorong pertumbuhan investasi sekaligus menciptakan stimulasi aktivitas investor sektor swasta di masa depan.