Sri Mulyani: Rupiah Melemah 6,58 Persen Imbas Dolar AS Masih Menguat

27 Juni 2024 10:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani menuturkan nilai tukar rupiah melemah 6,58 persen sejak awal tahun atau year to date (ytd) akibat penguatan indeks dolar AS. Tidak hanya rupiah yang melemah, namun nilai tukar mata uang negara lain ikut melemah.
ADVERTISEMENT
“Mei mungkin ditambah faktor domestik, menyebabkan penguatan dolar indeks yang kemudian menyebabkan depresiasi dari mata uang-uang termasuk rupiah kita. Rupiah depresiasi 6,58 persen year to date comparable dengan negara nilai emerging yang lain,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN virtual, Kamis (27/6).
Sri Mulyani menyebut The Fed tidak akan segera menurunkan suku bunga Fed Fund Rate. Sehingga menyebabkan ekspektasi pasar kecewa yang tidak tersampaikan dan menimbulkan suatu reaksi bulan April hingga Mei.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan keterangan saat konferensi pers APBN KiTa edisi April 2024 di Jakarta, Jumat (26/4/2024). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
“Namun kita lihat seperti Brasil depresiasinya jauh lebih dalam, atau Jepang mengalami depresiasi sangat dalam level sudah comparable dengan 1.986. Ini tentu timbulkan dinamika negara-negara partner dagang kita,” tuturnya.
Menkeu menuturkan dari sisi global, eskalasi konflik dan friksi antar negara terus meningkat dari bulan ke bulan. Hal ini disebabkan perang di Ukraina, krisis Timur Tengah, dan friksi AS dan China menimbulkan momentum ketegangan.
ADVERTISEMENT
“Entah karena ada siklus pemilu di masing-masing negara, atau memang suasana meningkat. Ini menimbulkan dampak ketidakpastian global yang sangat tinggi,” kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani menyebut, terjadi perubahan kebijakan industri dan perdagangan serta investasi dari berbagai negara. Berbagai melakukan tindakan pre-emptif untuk menjaga kepentingan nasional.
“Dari sisi hubungan antar negara dan kondisi dari hubungan secara global, terjadi perubahan drastis. Peningkatan restriksi dagang mengalami eskalasi munculnya persaingan antar negara makin sengit,” tambahnya.