Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan kondisi saat ini tidaklah mudah bagi seluruh masyarakat, termasuk pemerintah. Ia pun mengibaratkan kondisi akibat pandemi COVID-19 ini seperti sebuah rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, seorang ibu rumah tangga harus pintar memahami situasi dan cepat mengambil keputusan secara tepat dalam kondisi apa pun.
"Kayak kita di rumah saja, tiba-tiba ada anggota keluarga kita yang sakit, mungkin tabrakan, mungkin kena demam berdarah dan harus masuk rumah sakit, atau bapaknya kena PHK sekaligus," kata Sri Mulyani dalam webinar Kaukus Perempuan Parlemen RI, Senin (4/1).
Untuk itu, Sri Mulyani menuturkan, ibu rumah tangga harus mampu mendanai seluruh keluarganya agar setiap anggota keluarga mampu kembali menjalankan kehidupannya.
"Dan si ibu harus berputar pikirannya untuk gimana mendanai seluruh keluarganya yang sakit, yang masih harus kerja, dan yang harus bisa tetap setiap hari makan," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ia pun mengibaratkan kondisi serupa dengan yang dialami pemerintah saat ini. Menteri Keuangan mencari pendanaan atau utang agar belanja negara tetap berjalan.
"Ibu itu perlu ngutang, jadi saya ngutang. Dan saya diomelin seluruh rakyat Indonesia ngutang untuk ini," kata Sri Mulyani.
Pendapatan negara per akhir November 2020 sebesar Rp 1.423 triliun, turun 15,5 persen dibandingkan dengan realisasi di Januari-November 2019 yang sebesar Rp 1.670,7 triliun.
Sementara belanja negara terealisasi Rp 2.306,7 triliun, naik 12,7 persen dari periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, defisit anggaran mencapai Rp 883,7 triliun atau setara dengan 5,6 persen terhadap PDB.
"Sama seperti Republik Indonesia. APBN kita penerimaan turun hampir 20 persen, tapi belanjanya naik lebih dari Rp 500 triliun. Bayangkan. Yang tadinya Rp 2.200 triliun jadi Rp 2.750 triliun belanjanya,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Adapun total utang pemerintah menjelang tutup tahun lalu nyaris tembus Rp 6.000 triliun, tepatnya Rp 5.910,64 triliun per akhir November. Utang ini naik Rp 32,93 triliun dari sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan posisi utang per akhir November 2019 yang sebesar Rp 4.814,31 triliun, artinya dalam setahun ini utang pemerintah sudah bertambah Rp 1.096,33 triliun.
Hingga akhir November lalu, rasio utang pemerintah pusat mencapai 38,13 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Rasio ini juga lebih besar dari November 2019 yang hanya 30,03 persen dari PDB.