Sri Mulyani Sebut Ketidakpastian Global Meningkat Imbas Kebijakan Tarif AS

24 Januari 2025 17:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi KSSK Kuartal IV 2024 di Kantor Kementerian Keuangan, Jumat (24/1). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi KSSK Kuartal IV 2024 di Kantor Kementerian Keuangan, Jumat (24/1). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan (Menkeu) sekaligus Ketua Komite Stabilisasi Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani menyoroti ketidakpastian di pasar keuangan yang meningkat, salah satunya akibat perekonomian dunia mengalami divergensi yaitu pertumbuhan ekonomi yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan, Eropa dan Jepang saat ini tengah mengalami pelemahan ekonomi, berbeda dengan China dan Amerika Serikat (AS) yang mengalami pertumbuhan ekonomi dengan baik.
“Di bulan Januari 2025, pertumbuhan ekonomi Tiongkok agak sedikit berakselerasi menjadi 5,4 persen year on year untuk triwulan keempat 2024. Ini perkembangan positif,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Komite Stabilisasi Sistem Keuangan (KSSK) di Kantor Bank Indonesia, Jumat (24/1).
Pendorong pertumbuhan ekonomi Tiongkok berdasarkan data kuartal IV 2024 adalah stimulus ekonomi yang dilancarkan oleh pemerintah negara tersebut.
Sama seperti China, AS juga tengah mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik pada kuartal IV 2024. Hal ini diiringi dengan perbaikan pasar tenaga kerja.
Hanya saja, lanjut Sri Mulyani, arah kebijakan dari pemerintah dan Bank Sentral AS juga menjadi faktor yang memberikan pengaruh paling besar pada kondisi ketidakpastian pasar keuangan global.
ADVERTISEMENT
“Dampak kebijakan tarif yang dilakukan di Amerika Serikat diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap proses disinflasi atau penurunan inflasi menjadi tertahan. Dengan demikian, inflasinya diperkirakan masih pada level yang kuat,” terangnya.
Menurut dia, hal ini akan mempengaruhi posisi dari Fed Fund Rate atau Suku Bunga Federal Reserve, yang tengah diproyeksi akan mengalami penurunan.
“Dari sisi fiskal, Amerika Serikat juga akan lebih ekspansif, dan ini mendorong yield dari US Treasury tetap tinggi, baik pada tenor jangka pendek maupun jangka panjang,” jelasnya.
Selain itu, ketegangan politik global yang saat ini semakin meningkat, dan preferensi investor yang makin besar terhadap aset-aset keuangan Amerika Serikat akan menyebabkan indeks mata uang dolar AS berada dalam tren yang meningkat.
ADVERTISEMENT
“Dan ini akan memberikan tambahan tekanan pelemahan pada mata uang dunia lainnya,” tuturnya.