Sri Mulyani Sebut Terpilihnya Trump Beri Tekanan ke Rupiah

8 November 2024 14:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan keterangan saat konferensi pers APBN KiTa edisi April 2024 di Jakarta, Jumat (26/4/2024). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan keterangan saat konferensi pers APBN KiTa edisi April 2024 di Jakarta, Jumat (26/4/2024). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dinilai membawa dampak signifikan pada pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan bahwa pasar merespons terpilihnya Trump dengan sentimen yang cukup kuat. Terutama dalam pergerakan nilai tukar dan pasar surat berharga negara.
Sri Mulyani mengungkapkan bahwa nilai tukar rupiah sempat mengalami penguatan hingga Oktober lalu, bahkan mencapai Rp 15.200 per dolar AS. Namun, perubahan sentimen global akibat ekspektasi penurunan Fed Fund Rate oleh Bank Sentral AS memengaruhi kondisi pasar.
"Dengan terpilihnya kembali Presiden Trump, dolar indeks mengalami penguatan, sehingga nilai tukar rupiah kita kemarin cenderung mengalami tekanan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di kantornya, Jumat (8/11).
Secara keseluruhan, depresiasi nilai tukar rupiah tercatat sebesar 2,68 persen. Sri Mulyani menekankan bahwa dibandingkan dengan negara-negara lain, baik G7 maupun G20, Indonesia masih menunjukkan performa yang relatif baik. Misalnya, Kanada mengalami depresiasi mata uang sebesar 4,46 persen, Filipina dengan peso-nya sebesar 5,69 persen, dan Korea Selatan mencapai 6,79 persen.
ADVERTISEMENT
"Kita relatif masih cukup baik dari sisi nilai tukar kita," tegasnya.
Di sisi lain, Sri Mulyani juga menyoroti perkembangan yield surat berharga negara (SBN) Indonesia. Hingga Oktober, yield obligasi 10 tahun Indonesia mengalami penurunan yang signifikan.
Namun, pada minggu terakhir terjadi peningkatan yang sedikit, di mana yield mencapai 6,76 persen. Hal ini dibandingkan dengan US Treasury 10 tahun yang mengalami tekanan naik hingga 4,4 persen.
"Spread antara obligasi 10 tahun kita dengan US Treasury masih sangat rendah," ujar Menkeu.
Mengenai arus modal, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami aliran modal masuk yang signifikan pada bulan Oktober, mencapai Rp 14,98 triliun. Namun, akibat sentimen pemilihan presiden AS, terjadi arus keluar sebesar Rp 4,12 triliun pada November.
ADVERTISEMENT
"Secara year to date, SBN kita menerima inflow sebesar Rp 39,4 triliun," ungkapnya.
Sri Mulyani menegaskan bahwa kondisi ekonomi Indonesia akan terus dipantau dan dikelola dengan cermat, terutama menjelang akhir tahun. "Kami berharap perekonomian tetap terjaga dalam posisi yang positif hingga akhir tahun,"pungkasnya.