Sri Mulyani Sebut Trump Berpotensi Kenakan Tarif Impor Tinggi ke ASEAN

13 November 2024 13:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersiap menghadiri rapat yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/10/2024).  Foto: Hafidz Mubarak/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersiap menghadiri rapat yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/10/2024). Foto: Hafidz Mubarak/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani bicara kemungkinan perubahan kebijakan di pasar keuangan setelah Donald Trump kembali terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dalam Pilpres 2024.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani mengatakan, Trump berpotensi membuat kebijakan penurunan pajak korporasi hingga ekspansi belanja untuk beberapa yang sifatnya strategis proteksionisme dengan menaikkan tarif impor di wilayah ASEAN.
"Selama ini targetnya adalah AS terhadap Tiongkok yang memang membukukan surplus Tiongkok, namun sama seperti Presiden Trump bagian pertama dulu, beliau juga US Treasury melihat semua partner dagang AS yang surplus, dan mungkin akan melakukan," kata Sri Mulyani dalam rapat bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (13/11).
"Jadi mungkin tidak hanya Tiongkok aja yang kena, dalam hal ini ASEAN seperti Vietnam dan beberapa negara lain mungkin akan dijadikan point untuk fokus dan perhatian terhadap pengenaan tarif impor ini," ujarnya.
Sri Mulyani mengatakan, ada kemungkinan juga Trump untuk memangkas anggaran belanja negaranya selama 10 tahun mendatang hingga USD 1 triliun.
ADVERTISEMENT
"Di sisi lain reaksi dari market terutama antisipasi terhadap fiskal policy nanti di bawah Presiden Trump yang kemungkinan cukup ekspansif. Karena mereka juga punya ambisi untuk memotong belanja hingga USD 1 triliun dalam waktu 10 tahun berarti USD 100 miliar per tahunnya,"katanya.
Meski demikian, Yield dari US Treasury 10 Tahun mengalami kenaikan karena memproyeksikan bahwa APBN di AS mungkin relatif masih ekspansif. US Dolar menguat terutama juga dengan berbagai arah kebijakan Presiden Trump.