Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Wabah virus corona asal China telah berdampak pada sektor keuangan dan ekonomi sejumlah negara. Hal ini pun perlu diantisipasi Indonesia, sebagai mitra dagang Negeri Tirai Bambu tersebut.
ADVERTISEMENT
Penyebaran virus corona juga dinilai dapat menghambat ekonomi China, yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga telah menyiapkan lima langkah antisipasi dampak virus corona ke ekonomi domestik. Pertama adalah mempercepat realisasi belanja kementerian dan lembaga.
“Terutama belanja bantuan sosial (seperti PKH dan kesehatan), serta belanja non-operasional,” kata Sri Mulyani dalam keterangan resmi, Jumat (14/2).
Kedua, pemerintah juga akan mendorong pusat-pusat pariwisata melalui berbagai program pendukung, seperti percepatan pembangunan lima destinasi pariwisata super prioritas (Danau Toba, Borobudur, Likupang, Labuan Bajo, dan Mandalika).
“Pemerintah juga akan menyiapkan kebijakan fiskal dan non-fiskal untuk menstimulasi sektor pariwisata,” tuturnya.
Ketiga, otoritas fiskal akan mendorong dan mempercepat belanja padat karya untuk kegiatan produktif. Terutama yang menyerap banyak tenaga kerja, seperti belanja infrastruktur di pusat dan daerah.
ADVERTISEMENT
Keempat, Sri Mulyani akan mengoptimalkan peran APBN sebagai instrumen yang fleksibel dalam merespons situasi ekonomi (countercyclical), dengan tetap dalam batasan yang aman dan terkendali.
Kelima, mempercepat penajaman program Kredit Usaha Rakyat (KUR), termasuk perluasan sasaran.
Sementara itu, Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kementan) Arif Baharudin menjelaskan, belanja negara yang dipercepat itu juga bertujuan untuk mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Konsumsi yang tumbuh tinggi akan mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi.
Selama 2019, laju konsumsi rumah tangga hanya 5,04 persen (yoy), sedikit melambat dibandingkan 2018 yang sebesar 5,05 persen (yoy).
Apalagi jika dilihat per kuartal, konsumsi rumah tangga mulai menunjukkan tren perlambatan sejak kuartal II 2019. Pada saat itu, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 5,18 persen (yoy), di kuartal III melambat menjadi 5,01 persen, dan di kuartal IV 2019 hanya 4,97 persen.
ADVERTISEMENT
“Pertumbuhan ekonomi kita sangat didukung oleh konsumsi. Sehingga pada kuartal I sudah diarahkan akan ada pendorong konsumsi belanja negara, maka kita bisa mengupayakan untuk mendorong sisi konsumsi rumah tangga,” tambahnya.