Sri Mulyani Sulap Gedung Tua Daendels Jadi Estetik dan Instagramable

7 Januari 2023 14:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gedung Daendels. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gedung Daendels. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sudah menyelesaikan renovasi Gedung AA Maramis atau yang lebih dikenal sebagai Gedung Daendels. Pembenahan gedung seluas 12.000 meter persegi itu membutuhkan dana hingga Rp 300 miliar dan waktu selama tiga tahun.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini Kemenkeu menunjukkan tidak hanya menjalankan tugas dan fungsinya di bidang keuangan dan kekayaan negara, tapi juga berpartisipasi dalam pelestarian bangunan cagar budaya di Indonesia.
Langkah tersebut sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya.
Dalam renovasi Gedung Daendels ini, Kemenkeu setidaknya masih mempertahankan pemanfaatan bangunan cagar budaya untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya. Hal tersebut bertujuan untuk mempertahankan keberadaan bangunan peninggalan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda.

Sri Mulyani Cerita soal Sejarah Gedung Daendels

Menteri Keuangan Sri Mulyani menceritakan bahwa gedung monumental ini dibangun pada 7 Maret 1809 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels untuk memindahkan istana Batavia yang mulai kumuh di muara Sungai Ciliwung ke wilayah pusat ibu kota baru Weltevreden. Namun, proses pembangunan baru selesai pada 1828.
ADVERTISEMENT
"Terus terang ini gedung yang renovasinya membutuhkan waktu 3 tahun, karena terkendala pandemi COVID-19 juga. Tapi kalau tadi Pak Heru bilang pembangunannya dari 1.809, selesai 1.828. Jadi bangunnya juga lama banget, ini semuanya asli," ujar Sri Mulyani dalam acara Apresiasi Media Nagara Dana Rakca, Jumat (6/1).
Mengutip dari Kemenkeu, Sabtu (7/1), pada tahun 1828 bangunan ini diresmikan oleh Komisaris Jenderal L.P.J Du Bus de Ghisignies, namun karena keterbatasan biaya bangunan tidak dipergunakan sebagai istana melainkan sebagai kantor besar urusan keuangan Negara dan instansi pemerintah penting lainnya.
Sri Mulyani dalam pertemuan dengan media nasional di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Jumat (6/1/2022). Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Sejak tahun 1828 sampai 1942 dan berlanjut di zaman kekuasaan Jepang di Indonesia antara tahun 1942-1945 serta zaman NICA tahun 1945-1949, akhirnya gedung tersebut diserahkan kepada Negara Republik Indonesia di tahun 1950 dan dilanjutkan pemanfaatannya sebagai kantor Kementerian Keuangan RI dengan Menteri Keuangan pertamanya yaitu A.A. Maramis.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani melihat renovasi Gedung Tua Daendels ini tidak menghilangkan keasliannya. Sebab, renovasinya mempertahankan bahan konstruksi yang sudah ada, seperti kayu .
"Artinya ini kayu-kayu masih semua asli dari semuanya kita preserved," jelas dia.
Tidak hanya itu, Sri Mulyani mengaku pihaknya meminta arahan dari pemilik gedung-gedung tua dalam melakukan renovasi demi menjaga autentisitasnya. Meski begitu, ia tidak menampik kalau bagian dari langit-langit gedung tersebut sudah ada perubahan, karena memiliki motif Kawung.
Gedung Daendels. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
"Jelas bukan waktu zaman Pak Daendels ada di sini," ungkapnya.
Sri Mulyani dalam kesempatan tersebut mengajak awak media beserta pimpinan redaksi (Pimred) yang sedang menghadiri Penghargaan Apresiasi Media Nagara Dana Rakca 2022, ikut membayangkan apabila Daendels tinggal di sana. Istana tersebut, katanya, dibangun Daendels untuk menghindari wilayah Kota Tua yang sudah terdampak penyakit malaria.
ADVERTISEMENT
"Mereka pindah ibu kota ke sini untuk menghindari malaria, namun terjadi Perang Napoleon yang mengalahkan Belanda. Kemudian, terjadi perubahan penjajahan. Ini yang merupakan banyak sekali story behind this building, saya rasa ini akan jadi bagus," tutur Sri Mulyani.
Gedung Daendels. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Ia sempat meminta tanggapan ke beberapa orang di sana terkait bangunan ini, banyak yang mengatakan bahwa gedung tersebut bagus dan instagramable. Bahkan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang akan lebih banyak menikmati keindahan bangunan tersebut menyampaikan hal yang sama.
"Pak menko lihat waktu pertama kali kita menyalakan lampunya dari luar itu it's so majestic, bagus banget, lalu di foto. Makanya yang saya upload di instagram untuk saya pamerkan dan ternyata komentar luar biasa," tambahnya.
ADVERTISEMENT

Membuka Peluang Kerja Sama dengan Swasta

Ia menegaskan gedung ini tidak boleh hanya meminta biaya. Untuk itu, Sri Mulyani berharap bangunan peninggalan Belanda tersebut dapat menghasilkan pemasukan.
Gedung Daendels. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
Kemenkeu juga akan mengajak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membuatnya menjadi satu kesatuan dengan Lapangan Banteng.
"Nanti akan dibuat BLU, ini adalah bagian dari transparansi, menjadi venue yang bagus bisa dibuka. Semoga juga bisa menjadi tempat terutama teman-teman media yang harus nongkrong di sini, tempat Pak Menko kalau lagi jutek bisa lihat gedung bagus ini, sehingga bisa menulis yang bagus-bagus," pungkas Sri Mulyani.
Adapun ketertarikan swasta pada rencana komersial Gedung AA Maramis, Dirjen Kekayaan Negara Isa Rachmatawarta mengatakan pemerintah akan membuka peluang kerja sama itu jika memungkinkan. Tapi ada batas-batas yang harus dipenuhi.
ADVERTISEMENT
“Saya rasa kita membuka semua kemungkinan. Kalau misalnya ada swasta yang bisa ikut bekerja sama, bisa saja. Tapi ingat, ini juga ada di lingkungan kementerian. Kita harus atur batas-batas fungsi publik dan fungsi layanan perkantoran. Itu harus tetap bisa kita jaga,” ucap Isa.
Sejauh ini, rencana membuka peluang kerja sama dengan swasta dan apa saja yang akan digarap nantinya, Isa masih belum ada bayangan. Katanya, saat ini masih gagasan dan terlalu dini.